My Own Words

Words can describe anything else..

Selasa, 24 Desember 2013

Outgoing Wear

Outgoing Wear

Blue dress
$21 - owntherunway.com

T shirt
delias.com

Summer shirt
$11 - target.com.au

Ash pink shoes
piperlime.gap.com

Converse sneaker
$82 - liberty.co.uk

Chanel beige bag
madisonavenuecouture.com

Pull Bear black nylon handbag
$33 - pullandbear.com

CÉLINE black sunglasses
lindelepalais.com

Read More

Senin, 23 Desember 2013

Sabtu, 21 Desember 2013

Random Thought #2

Eveniing everyones! c:
According to me, today is a very bad bad day ya meskipun nilai-nilainya ga sesuai yang dikira-kira sebelomnya.-.
Well, kan udah kelas 12 nih, bentar lagi UAN dan gak ketinggalan juga SNMPTN dan SBMPTN. Kalo UAN sih ga ada masalah, dalam artian ya kita memang belajar untuk itu kan?:)) But i think SNMPTN is the most problem now, you guys see that thousands students in whole of Indonesia didn't passed it well, because of any reasons. First, they were wrong of choosing the arrange of PTN, gini ya, ini tadi saya juga abis berantem sama temen saya di BBM dan well, saya nemu titik terang bahwa mungkin kemendiknas salah di dalam mencantumkan akreditasi jurusan, yang mana sangat penting buat lolos engga nya PTN. Contoh gini, prodi Psikologi, menurut Bimbel X akreditasinya itu A, tapi di ban-pt itu C, bisa dilihat disiniDan tahun lalu, anak-anak yang merendahkan bahkan malah menganut ban-pt kok malah tidak ada yang lulus. Apakah ini mengandung indikasi bahwa pusat memang ingin menguji kita? Well, kita udah banyak diuji pak, jangan menguji kita yang aneh-aneh lagi. The second, bukannya saya mau menyinggung anak pinter, well commonly kayak gini yang terjadi, anak pinter lebih cenderung ambisius, egois dan gak mau kalah, right?:) Gini, ada cerita dari seseorang, ada 2 anak, yang satu pinter sebut saja A, dan yang satu biasa aja sebut saja B, tergolong rangking bawah, ya 20an lah ya. Si A, karena dia tau kl B ambil jurusan yang lumayan tinggi, akhirnya dia gak mau kalah dan nyaingin si  B, ambil jurusan yang sama persis. Well, kalo logika, menang si A lah ya, but in the real-life, B is da winner. U know what? Si B lebih banyak beribadah dan si  A santai karena udah pinter. Jadi ya gitulah kadang bukan yang pinter yang menang tp usaha :))
The last but not least, from itself, jadi kita kadang pengennya yang tinggi soalnya gengsi sama temen, sama saudara, gitu gitu lah, but actually you don't have to feel or do that bcs if you believe with yourself, then you'll reach your success and prove to others that you can.
So, yang nilai-nilainya jelek, don't be worry, you has a lot of friends like me yeah, no no kidding guys :p If you do believe with yourself, anything can happen guys, but don't forget to always pray to God, do a hard work as well as you can and don't be shy with yourself can do. When you have dreams, you may don't reach it and be just dreams, but i believe that if you do a hard work, God may give you happiness and your success!
Goodluck for 12th Grade Students, 9th Grade Students, and 6th Grade students who will have a National Exam next year. Especially for 12th Grade Students, lets fight for SNMPTN and SBMPTN guys! We can do it!! :))

Xoxo, Vilia
Read More

Sabtu, 07 Desember 2013

Random Thought.-.

Lama ga nulis bcs yea u guys know that i have final exam:p tho i didn;t do it well._.
Banyak unek unek yang pengen disampein dan berharap dibaca orang*mupeng*. Oke, mungkin ini emang cuma opini aja tapi kasian juga sih(?)
Akhir akhir ini kok lagi trend gitu ya penggusuran? Latar belakang mereka menggusur mungkin emang baik, dan pemerintah juga udah mikirin supaya mensejahterakan rakyatnya. Tapi selama pembangunan mereka harus kerja dimana? Mereka harus makan sama apa? Mereka yang udah berpuluh puluh tahun banting tulang disitu dan sedetik dihancurkan gitu aja apa gak kasihan sama mereka?
Pemerintah sebaiknya ninjau ulang aksi penggusuran mereka. Di sisi lain, rakyat juga memang susah diajak maju, sebagai contoh orang yang masih awam dan tradisional, mereka tinggal di pinggir kali misalnya, mereka terus membuang limbah ke sungai, karena tidak ada lagi tempat pembuangan, dan ketika banjir mereka menyalahkan pemerintah yang tidak menyediakan fasilitas yang mencukupi agar tidak terjadi banjir. Salah siapa? Misalnya lagi, macet. Jakarta itu cukup luas, kalo mau diperluas jalan lagi, emang mau apa gusur rakyat kecil? Mengatasi kemacetan memang tak semudah membalik telapak tangan. Kalo memang masih di proses, ya sebaiknya gausah lah ada keluhan "macet kok gak segera diatasi?" memang kalian mampu mengatasi? Intropeksi dulu. Kita lihat pemerintah sejauh ini mencoba untuk mengatasi hal itu. Apalagi di ibu kota yang menjadi pusat Indonesia. 
Indonesia semakin ruwet. Kontroversi dimana mana. Mulai dari ekonomi yang masih processing, hingga skandal UNAS yang mau dihilangin. Kalo menurut saya nih ya, bukannya saya gak mau ada Ujian Nasional *emg iya sih sebenernya haha :p * tapi kita lihat sisi lain pelajarnya, pelajar frustasi, depresi hingga bunuh diri gara gara UNAS. Kebocoran dimana mana meski udah nyoba diatasi. Tapi tetep aja ada kebocoran. Nyontek juga tambah menggila. Apakah ujian seperti itu masih efektif? Apalagi ditambah 20+ kode soal yang sukses  bikin siswa tambah sekarat.Sebaiknya ditinjau ulang mengenai UNAS ini, karena kalo masih ada kebocoran dan depresi siswa saya rasa tidak lagi efektif untuk menguji siswa.Kurikulum 2013 memang punya standar yang bagus, tapi itu juga mungkin bagi sekolah di KOTA yang udah maju fasilitasnya. Kita lihat di pedesaan dan di daerah terpecil. Apakah mereka mampu? Kalo mampu ya silahkan aja. 
Tapi saya setuju kalo Kurikulum 2013 ini tidak ada UNAS. Tapi standarnya berat. Memang kalo bisa begitu sehingga di sekolah siswa bisa benar benar belajar dan tidak terbayang bayang mengerikannya UNAS 20 Kode Soal.

Read More

A Tribute to Paul Walker:(



Read More

Senin, 18 November 2013

Metamorf:))

Kadang-kadang suka ga ngerasa kalo udah mau kuliah. Rasanya baru kemaren ngerasain anak-anak di SD, having fun bareng temen temen SMP, dan ngerasain MOS nya SMA. Dulu pas SD mau cepet cepet masuk SMP, pas SMP ya masih betah sih soalnya anak-anaknya asik bgt :p tapi ya pengen cepet SMA juga, pas udah mau lulus SMA.....ini paling berat actually. Antara masih pengen bareng temen temen, dan pengen cepet kuliah soalnya males belajar banyak banyak dan pengen fokus ke satu hal. Dan kalo sekarang ditanya mau kuliah dimana, jawabannya masih gantung banget. Banyak sih pengennya, tapi ya gitu deh. Pertama, ada yang emang sekolah 'himbau' kita kalo undangan jangan kesitu, padahal dari dulu udah mimpi pengen kesitu:((. Kedua, ga begitu yakin dg kemampuan kalo ikut tes SBMPTN, pernah nyoba beberapa try out dan hasilnya msh belom lulus juga. Tiga, kepengen jurusan soshum! Gini deh anak IPA suka linglung dan tergiur dengan jurusannya anak IPS,yea for examples HI (Hubungan Internasional one of my biggest dreams yeay but i'm on science so.. yeah u know that baby, Psikologi, bcs really want to know what are people thinkin ha-ha-ha,last but not least, Akuntansi, yea virus dari ortu kl yang ini.-.
Well, masa SMA itu kayak asem manis-nya dunia remaja ya. Galau-galau-an, spamming di Twitter, sering curhat, nongkrong ga pulang-pulang, hangout bareng temen-temen yang ga ada abisnya, dan especially, in my sweetie class. All activities there, ok i'm sure on the future i'll miss that so badly:(( Kadang suka kesel sama temen, tapi kadang juga sayaaang banget. Biasalah, labil. Ngambekan sama temen, udah biasa=))
Last, i'll say thanks to people of Las Vegas, loveee yaaaaa guys :* :* Sedih seneng gila gilaan dimarahin guru dirasain bareng, dari nobar kayak konvoi sampe minta maaf kerumah guru bareng bareng, so memorable<3 To Chiviseven members, dari absen satu sampe duapuluhlima, aku sayang kaliaaan<3 miss yaa so badly:(( udah lama ga reunian bareng lagiii:( Zenda, Diyata, Nabilla, temen mbolos les FIM hahaha :p
Temen temen TK-SD, well mungkin aku lupa sebagian nama dr kalian tapi aku sayang kalian, bcs you guys have colored my childhood to be womderful one:D
Terimakasih yang udah baca curhatan galau saya yang mau jadi Calon ICDI ini, well it's my biggest dream<3 Thanks temen temen yang baca cerita saya di blog sebelah:)) Thanks semuanyaaa<3

Read More

Kamis, 07 November 2013

Inilah rintihan hati saya..... ._.

Halooo:D *fine it’s so basi so haha just for biar keliatan innocent :p* Tahun depan, 2014 tepatnya, saya akan melaksanakan UNAS dan Tes PTN *yeeaaayy* It’s not yeay btw.-. Mulai ribet mikirin ini itu, ngerjain soal, bimbel dari pulang sekolah sampe maghrib, serasa rumah Cuma buat numpang tidur dan makan. Merinding juga kalo kepikiran abis ini harus mandiri, harus nentuin jalan sendiri, dsb. Feel like I’m not ready for all of these:(( masih pengen jadi anak mama-papa:’(( *bukan berarti saya manja loh :p adek saya jaauuuhh lebih manja dibanding saya huahuaa :p* Dan itu berarti saya jadi semakin jarang nulis juga. Kalo biasanya bisa bikin draft-draft gitu, sekarang malah banyak banget drafts yang ga bisa ditulis.-. Jadi ya kayak frustrated gitu tiap mau nulis:/ Terkadang inspirasi saya itu dari lagu kesukaan seperti Like We Used To nya ARTTM, Love Story yang dicover sama Dave Days yang unyu:3 dan lain-lain :p Kebanyakan lagu galau sih, soalnya abis dengerin lagu gitu pasti saya langsung ga galau lagi hahaha :p
Oiyaa jangan lupa doain saya dan temen seangkatan dimanapun anda berada kita seangkatan brooh iya gak broohh jadi kita harus kerja samaa brooh-_- Semoga saya, dan semua anak kelas 12 diseluruh Indonesia sukses UNAS 20+ Kode dan Tes Perguruan Tinggi. Amiinn ;))
Akhir kata dari saya, Wassalam ;p
Read More

Kamis, 18 Juli 2013

Melody (Inspired from Someone :p)

I made this story based on someone. Ini mungkin bukan pengalaman pribadi orang, tapi kayaknya ini gitu juga (?) Terinspirasi dari 2 orang, eh 4 deng hahaha :p Gara gara kemaren patah hati setelah tau sang idola punya pacar baru :( (?) Kayaknya ini jleb banget nginget mereka udah lama putus, saya bikin cerita ini cuma mau have fun aja, ga pengen rusuh :D Check this out and hope you enjoy! Kritik saran serta comment nya yaaa! ;)

Melody

Ketika hati sudah tak sanggup lagi, aku ingin hanya aku yang menentukan.
Ketika cinta sudah tak dapat berlabuh di hati, maka aku hanya ingin tak ada seseorang yang mengganggu
Ketika masa lalu menjadi penghalangku untuk mencintai, maka aku ingin cinta dapat menyembuhkan sakit yang kurasa
Dan ketika cinta sudah memilih hati mana untuk berlabuh, aku ingin bahagia dengan hati yang kupilih...
***
"Lativa! Lativa!", nama itu terus dielu-elukan sepanjang show dimulai senja itu. Seorang gadis remaja yang berparas cantik turun dari panggung dengan gitar putih di punggungnya mengelap keringat yang turun di pelipisnya. Show kali ini memang melelahkan. Setelah menyayikan 5 lagu, dia diminta menyanyi lagi 2 permintaan lagu dari fans nya. Jadilah suaranya jadi korbannya. Tapi tak apa demi fans fans setianya yang telah mendukungnya selama ini.
"Va ini minum dulu", tawar seorang laki-laki yang umurnya bisa dibilang 4 tahun diatasnya. Dia adalah kekasihnya selama ini,sudah 2 bulan ini tepatnya.
"Makasih Romeo lo baik banget", Lativa meneguk air mineral itu sampai separuh sedangkan Romeo hanya tersenyum tipis. Dilihatnya gadis disampingnya yang tampak kelelahan itu. Entah kenapa dia selalu menemukan sepenggal kesedihan yang tak akan pernah bisa terhapus oleh apapun juga. Tapi dia menyadari itu, dia harus mengerti tidak semudah membalik telapak tangan untuk melupakan orang yang sudah lama terukir dihatinya. Entah sampai kapan dia bisa sepenuhnya berada di hati gadis itu. Selalu saja dia hanya mendapat sedikit tempat dihatinya...

Kata-kata tak bisa memberi gambaran cintaku padamu..
"Kim makan dulu nak", ajak seorang laki laki paruh baya yang notabene adalah ayah Kim, seorang anak 11 tahun yang asyik berkutat di depan TV nya.
"Nanti dulu yah. Kim masih lihat Lativa nih yah. Dia cantik banget ya. Suaranya juga bagus deh yah. Nanti Kim bisa ketemu ga ya sama Lativa? Kim suka sama Lativa yah..", Kim berkata tanpa memalingkan mukanya dari TV yang ditontonnya. Ayahnya hanya tersenyum melihat tingkah anaknya yang satu itu. Sepeninggal Bunda nya, Kim tidak pernah bahagia lagi, tapi sejak dia kenal Lativa, seorang artis cilik yang sedang naik daun, ayahnya bisa melihat putra nya itu tersenyum bahagia.
"Bisa kok. Nanti kamu belajar musik sama kak Vano ya biar nanti pinter nyanyi juga", hibur Ayahnya.
"Beneran yah? Kim janji Kim belajar musik yang bener biar bisa nyanyi"
Tanpa sepengetahuan Kim dan Ayahnya, Vano, kakak sulungnya melihat itu dengan tatapan yang bisa diartikan sedih. Dia ingin membuat adiknya itu bahagia. Dan hanya ada satu jalan, mengajarinya sesuatu yang sangat diinginkannya dan mengenalkannya dengan temannya yang notabene adalah anak seorang produser musik.
"Vano pulang"
"Kakak Kim mau diajarin musik lagi sama kakak. Gapapa deh tangan Kim sakit lagi yang penting Kim bisa ketemu Lativa. Kakak mau kan kak? Mau ya? Mau ya? Janji deh"
"Iya ayo kakak ajarin sini", Vano menarik gitar yang ada di depan Kim lalu perlahan menaruh jari-jari Kim pada senar-senar itu hingga menghasilkan sebuah alunan yang indah dan merdu didengar.
Aku memang bukan pujangga yang mahir merangkai kata, tapi aku hanya punya 3 kata yang mengekspresikan perasaanku padamu, Aku Cinta Kamu.
Kim memandang studio musik itu tak berkedip, seperti mimpi. Tapi disinilah dia sekarang. Dengan usahanya selama setahun penuh, dia berhasil memikat hati seorang produser musik yang lumayan terkenal.Dengan langkah pasti, dia masuk kedalam ruangan yang penuh dengan peralatan musik seperti gitar, drum, keyboard. Serta ada banyak kepingan-kepingan logam yang terpahat penghargaan musik. Hingga perhatiannya terpusat pada sebuah poster di pojok dinding itu.
"Lativa...", dia mengatakannya seperti berbisik, tapi sepertinya kakaknya tetap mendengarnya. Vano hanya tersenyum dan seakan mengatakan lihat-saja-nanti.
"Halo Vano dan..Kim", ucap seorang wanita berpakaian modis dan bermake up lumayan tebal
"Halo tante",ucap keduanya bersamaan
"Berhubung saya sudah tak punya banyak waktu lagi kita langsung rekaman aja ya. Di situ..", tunjuk wanita itu pada sebuah ruangan rekaman yang cukup luas
"Tante boleh Kim tanya sesuatu?", tanya Kim ditengah tengah langkahnya yang berhasil membuat wanita itu menoleh dan menghentikan langkahnya sejenak
"Tanya apa sayang?"
"Itu kok ada poster Lativa..itu loh artis yang punya suara bagus.."
"Dia kan artis kita. Maksudnya dia juga rekamannya disini..", jawab wanita itu. Kim tak percaya mendengarnya, apakah dia hanya mimpi atau ini memang kenyataan. Entahlah dia hanya berharap kalau ini hanya mimpi, dia tak terbangun selamanya.
"1..2..3.. Mulai!"
Musik mulai dimainkan. Dan Kim pun mulai menyenandungkan lagunya. Wanita itu tersenyum, di benaknya dia tak salah memilih. Dia tersenyum puas. Dan tanpa sepengetahuan Kim, ada sepasang mata yang menatapnya dengan kagum, sosok yang selama ini ada di mimpinya, dan dia ingin tak akan terbangun selamanya jika dia sudah mempimpikannya.
"Anak itu berbakat tante..", ucap seorang gadis pada wanita itu
"Aku tahu itu, aku tak salah memilih kan Va?"
"Saya juga tahu anda tidak pernah salah memilih tante..", gadis itu tersenyum. Sepertinya dia mulai menaruh perasaan pada Kim.
Gadis dan wanita itu tepuk tangan seiring diakhirinya alunan suara Kim. Kim tersenyum puas, tapi jelas tampak tersirat grogi di wajahnya.Tapi memang tak dapat dipungkiri Kim memang berbakat di usianya yang masih 12 tahun itu.
"Eh..Lativa ya? Kok bisa..", Kim masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Hei kenalin gue Lativa. Tapi pasti udah kenal kan?", Lativa mengulurkan tangannya dengan senyum manisnya
"Eh iya. Ngg..Kim. iya panggil Kim aja..", Kim balas menjabat tangan Lativa dengan perasaan campur aduk antara senang, bingung, grogi, dan sebagainya.
*Aku masih mengingatnya, pertama kali kita bertemu, matamu mengisyaratkan kedamaian dan kesejukan. Hingga saat ini, aku tak sanggup untuk melupakannya. Sedetikpun aku tak sanggup.
Pertemuan singkat itu memang membuat Kim dan Lativa dekat. Bahkan kedekatan mereka sering disalah artikan beberapa orang. Tidak ada yang tahu kepastiannya. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Waktu memang terasa cepat berlalu jika sedang bersama orang yang disayangi. Begitu juga dengan Kim dan Lativa yang sudah 3 jam bermain di Time Zone sebuah mall di Jakarta.
"Va udahan ah capek..", Kim duduk di salah satu bangku di depan layar game karena kelelahan
"Ini masih asik tau. Masih satu level lagi nih gue harus menang pokoknya!", Lativa masih bersemangat dengan game di depannya
"Va gue capek. Oke gue tinggalin lo disini sekarang juga ya. Bye.", melihat Kim yang mulai menjauh meninggalkannya Lativa terdiam. Dia menghentikan permainannya dan duduk di bangku yang tadi dipakai Kim
'Kenapa sih lo selalu egois gitu? Lo ga pernah mikirin perasaan gue. Benci banget sama lo!', batin Lativa
"Halo kakak cantik. Kakak kenapa sedih?", tanya anak kecil yang tiba tiba menghampiri Lativa dengan sebuah boneka Hello Kitty besar yang lebih tinggi darinya. Melihat itu, perlahan Lativa tersenyum dan mengajak anak itu duduk disampingnya
"Kamu namanya siapa?", tanyanya
"Aku Reynald kak. Kakak kak Lativa artis itu kan? Rey suka banget liat kakak nyanyi. Suara kakak tuh bagus kayak malaikat..", ucap anak itu dengan polosnya
"Makasih ya. Kamu kok sendirian? Mama papa nya dimana?"
"Masih belanja kak. Aku ditinggal sini soalnya aku males nemenin mama belanja yang buanyak itu. Eh iya kak, tadi aku dikasih ini sama kakak kakak ganteng yang tadi main sama kakak..", dia memberikan boneka itu pada Lativa
"Oiya ada kartunya juga loh kak. Kakak itu manis banget ya.. Perhatian deh. Pasti dia sayang banget ya sama kakak"
Lativa tersenyum, tak menyangka Kim akan memberinya boneka itu
"Eh..dia dapet darimana?"
"Baca aja sendiri kak.. Eh kak aku udah dijemput tuh sama mama papa..duluan ya kak"
Sepeninggal anak laki-laki itu, Lativa membaca kartu ucapan yang terdapat pada kalung boneka itu.
'Lativa ini kan yang lo pengen? Gue tau loh. Lo pikir gue tega gitu ninggalin lo gitu aja? Ini boneka buat lo soalnya tiket gue banyak banget ga kepake, jadi gue tukerin tiket gue buat lo aja sebagai tanda maaf gue ninggalin lo. Gue tunggu lo sekarang di foodcourt steak biasanya. Cepet atau kalo engga gue tinggalin beneran biar lo naik angkot.
Tertanda, orang yang paling ganteng di hati Lativa :) '
"Lo geer banget sih. Tapi emang bener juga..", Lativa senyum senyum sendiri sambil memeluk boneka itu.Di sepanjang langkahnya, dia terus tersenyum. Masih tak menyangka Kim yang cuek minta ampun bisa bersikap manis padanya.
Di foodcourt, Kim tampak berulang kali melihat jam tangannya. Lativa yang baru datang hanya menyengir tanpa rasa bersalah
"Lo kemana aja sih? Makanan gue udah habis tuh gara gara lo lelet"
"Hehe maaf ya"
"Okelah gue tau lo kesenengan dapet boneka itu dari gue. Ya kan? Ngaku lo"
"Dih siapa bilang"
"Itu buktinya lo pelukin terus bonekanya"
"Gue suka aja kayak gini", Lativa memalingkan mukanya. Panas menjalari wajahnya.
"Gue mau deh gantiin boneka lo", Lativa kontan mendongak, menatap Kim yang menatapnya liar
"Maksud lo apaan deh Kim?"
"Ya gitu deh lo peluk gitu. Gue kan mau juga"
"Modus banget lo. Udah ah gue pesen dulu. Laper banget", Lativa menaruh boneka tersebut di kursi sampingnya dan langsung bergegas memesan makanan. Sebenarnya, dia menahan malu di depan Kim. Daripada nanti dia salah tingkah dan terlihat malu di depan Kim. Tapi jauh didalam lubuk hatinya, dia memang sangat ingin melakukannya. Sangat ingin.
"Kim thanks ya", ucap Lativa setelah turun dari motor Kim
"Samasama. Oh iya Va.."
Lativa menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menatap Kim
"Kenapa? Ada yang salah ya?"
"Enggak kok. Lain kali kalo jalan pake celana panjang aja ya"
"Loh emang kenapa? Gue kan lebih suka pake hotpants atau ga gitu 3/4"
"Pokoknya ga boleh. Oke? Titik ga pake koma", Kim menutup kaca helm nya dan melaju meninggalkan Lativa yang masih terpaku di depan rumahnya
'Itu anak kesambet apaan sih? Tapi kok sampe segitunya ya sama gue? Perhatian banget..', batin Lativa

Angin malam, bisakah kau bisikkan salam sayang ku padanya? Aku merindukannya..
Lativa memainkan gitarnya di balkon kamarnya. Sesekali dia menatap langit malam yang penuh dengan bintang. Dia teringat Kim, dia sangat merindukannya. Dia masih ingat kata-kata Kim sebelum dia pulang ke Surabaya
"Walaupun jarak yang memisahkan kita. Kamu harus inget, kita menatap langit dan bintang yang sama. Dengan begitu kamu inget aku terus dan akan selalu merasa aku di deket kamu saat itu juga."
"Aku kangen kamu Kim.. kamu kapan sih kesini main sama aku lagi..", Dipandangnya boneka pemberian Kim. Lalu dia memeluknya. Merasakan kehangatan disana yang sama dirasakannya ketika dia memeluk Kim. Suara getaran ponselnya membuyarkan lamunannya. Dia melihat sebuah pesan baru disana, tapi dari nomor tak dikenal
Oh jadi ini ya Lativa pacarnya Kim. Mati aja deh lo tuh ga pantes buat Kim!
Seketika hatinya bergetar, jadi fans-fans Kim rupanya telah berperilaku seperti ini padanya.Tapi dia tak berani bilang pada Kim. Padahal dia telah membuat janji padanya. Tapi dia takut, takut emosi Kim tak tertahan jika melihatnya ditekan seperti ini.
‘Mungkin cuma dalam waktu singkat aja. Toh Bieber sama Selena juga gini dulu tapi mereka fine fine aja’, batinnya menenangkan dirinya sendiri.
Di waktu yang sama di tempat yang berbeda, Kim menatap langit malam dengan gitar di pangkuannya. Dia begitu merindukan sosok itu. Dia membuka ponselnya lalu menekan beberapa digit nomor yang dihafalnya diluar kepala. Setelah tersambung, dia tersenyum lega, akhirnya dia dapat mendengar suara orang yang amat sangat dicintainya itu.
“Hai Kim. Kangen ya?”
“Kok tau sih?”
“Iya soalnya aku kangen juga..”
Kim tersenyum. Dia membayangkan senyum manis Lativa disana.
“Hei kamu ga ada apa apa kan Va?”
“Eh..engga ada apa apa kok. Kamu sendiri gimana? Cewek Surabaya cantik cantik kan?”
“Tetep ga ada yang secantik kamu Va.. Pokoknya aku ga akan nyia nyiain kamu. Aku ga akan lepasin kamu. Aku ga akan biarin kamu direbut cowok lain. Kamu ngerti kan Va? Aku sayang banget sama kamu..”
“Iyaa aku tau kok. Aku juga sayang kamu”
‘Aku sayang kamu lebih dari yang kamu tau…’, batin mereka berdua
“Hei Va masih disana?”
“Iya kok. Kenapa?”
“Kamu ga dihajar fans ku lagi kan? Aku takut kamu kenapa kenapa…”
“Engga kok Kim.. Tenang aja..”
“Soalnya aku liat di twitter kok pada rebut ngomongin kamu.. aku khawatir kamu kenapa kenapa.. Stay strong ya sayang..”, Kim menutup telponnya. Dia mengecek lagi komputernya. Mention nya masih penuh dengan kicauan fans fans nya tentang hubungannya dengan Lativa. Disaat sulit seperti ini, dia harus memilih, fans yang setia mendukungnya yang juga sadis pada kekasihnya atau Lativa, orang yang sangat dicintainya. Dia pun hanya bias menulis di statusnya..
Keep calm guys. Aku ga ada apa-apa kok sama Lativa. Temen aja.”
Dia terpaksa melakukannya. Dia hanya berharap Lativa mengerti keadannya. Tapi dia telah salah, disana, Lativa sakit hati melihatnya. Tapi dia berusaha tenang dan membalas status Kim tersebut.
Aku ga akan pernah merebut pangeran kalian. He’s yours guys. We’re just friends.”
Tapi tak dapat dipungkiri, sakit di hatinya terlalu dalam untuk menuliskan itu. Dan tak mengakui hal yang sebenarnya.

Andaikan aku bisa berbicara pada hatimu, akan ku katakana jangan paksa dia untuk menyayangiku lagi.. Relakan aku..
“Kim.. aku capek.. plis Kim.. udah..”
“Va aku udah pernah bilang sama kamu. Aku ga akan lepasin kamu!”
“Tapi fans fans kamu semakin kayak gitu sama aku Kim.. plis ngertiin aku juga..”, Lativa mulai menangis
“Va aku bukan anak kecil 12 tahun lagi! Aku udah SMA! Aku udah bisa nentuin mana yang bener Va..”
“Kamu salah Kim.. kamu salah…”
“Pokoknya aku ga akan lepasin kamu. Titik!”
Kim memandang hujan yang mulai turun diluar. Ditatapnya gadis dihadapannya tersebut, sungguh dia tak akan melepaskannya. Dia tahu, Lativa terbaik untuknya.
“Va hujan.. kita pulang malem dikit gapapa kan?”, Kim melirik jam di tangannya yang sudah hamper menunjukkan pukul 11 malam. Lativa hanya diam dalam isakannya.
“Aku anggep itu sebagai iya. Aku telepon mama kamu dulu Va.. biar ga khawatirin kamu..”
 Kim menjauh dari meja mereka. Lativa hanya memandangi Kim yang mulai menjauh
‘Kim, aku sayang kamu. Tapi apa ini bisa tahan lama??’, batinnya
“Malam tante..”
“Ini Kim ya? Lativa gapapa kan?”
“Oh iya gapapa kok. Gini tante, kita lagi kejebak hujan jadi nanti pulangnya malem gitu tante. Gapapa kan?”
“Oh iya gapapa kok. Lagian ini kan tahun baru. Biarin dia sama kamu aja. Soalnya ini tante sama om juga lagi gak dirumah. Jadi Lativa sama kamu aja gapapa sampe pagi. Asal ya jaga dia aja ya Kim. Tante percaya sama kamu..”
“Iya tante pasti. Makasih tante”
Kim berjalan menuju meja mereka lagi. Dilihatnya Lativa sudah menghentikan tangisannya. Dia sekarang menatap keluar jendela. Menatap hujan seakan dia akan melihat itu terakhir kalinya.
“Va mama kamu bilang…”
“Kim..aku tau..”
Kim terdiam. Dia hanya memandangi sosok gadis dihadapannya itu dengan wajah sedih. Perlahan ditariknya gadis itu di pelukannya.
“Va.. mereka lagi diluar kota berdua, kamu jangan berfikiran yang engga engga dong..”
“Aku liat sendiri Kim..”
“Udahlah Va kamu itu terlalu banyak mikir. Ntar kamu stress sendiri. Aku gamau kayak gitu.. Kita pulang besok aja ya..”
“Terserah kamu deh Kim”
Suara lonceng mengagetkan mereka berdua. Kim dan Lativa langsung menatap seseorang yang baru saja masuk kedalam café tersebut. Seorang gadis, sepertinya seorang model, dilihat dari postur tubuhnya yang tinggi dan sangat cantik serta modis dengan gaun selutut yang manis.
“Katanya setia sama aku? Tapi liat yang cantik dikit aja bengong”, Lativa menyadarkan Kim dari lamunannya
“Cemburu ya?”
“Iya”, jawabnya singkat
“Hai Kim ya? Aku Tania”, gadis itu mengulurkan tangannya seperti mengajak berkenalan
“Hai Tania”
“Pacar kamu ya?”
“Eh bukan kok. Temen aja”
Lativa menatap Kim dengan wajah sedih. Bukankah Kim sudah berjanji akan mengatakan itu pada public? Mengapa Kim mengingkari janjinya? Bukankah Kim bersungguh sungguh tidak akan melepasnya begitu saja?
“Eh iya aku Lativa”
“Udah tau kok. Adek perempuan ku suka banget sama kamu”, jawabnya sambil tersenyum manis
“Wah thanks ya”, Lativa berpura pura tersenyum di hadapannya
Tak terasa sudah 2 jam Lativa hanya diam mendengarkan percakapan panjang Kim dan Tania. Dia merasa tersisihkan. Dari sisi wajah, memang Tania jauh lebih cantik. Tapi dia tak pernah tahu isi hati Kim seperti apa. Dia hanya berharap Kim akan selalu menjaga janji-janjinya.
“Kim aku mau pulang…”
Kim tak mendengarnya. Lativa terus mengucapkan kata kata itu beberapa kali tapi tetap saja Kim tak mendengarnya. Akhirnya dengan kesal, Lativa pulang. Tanpa sepengetahuan dan kesadaran Kim.

Aku hanya bisa berharap dan mendoakanmu yang terbaik. Semoga kau bahagia dengannya. Aku pun kelak bahagia melihat senyum mu.
“Jangan paksa hatimu
Jadi yang kau mau..
Aku tahu hatimu..
Sudah bukan untukku..”
“Lativa belum tidur sayang?”
Lativa menghentikan syair lagunya yang terpotong oleh kedatangan mama nya
“Eh mama belum ngantuk kok”
“Sayang ada masalah apa? Kamu putus ya sama Kim?”
“Udah lama kali ma…”
“Pantesan mama liat di TV dia….”
“Sama Tania ma…”
Mama Lativa melihat kesedihan yang terpancar di wajah putrinya itu. Dia tahu, Lativa sangat menyayangi Kim. Tergambar jelas bagaimana dulu saat pertama Lativa berkenalan dengan Kim, Lativa lansung menceritakannya pada mama nya dengan sangat ceria. Tapi pada akhirnya, Lativa sakit karenanya.
“Besok mama kenalin sama anak temen mama yang di Tangerang itu katanya mau pindah kesini. Kerumah kosong di depan kita itu. Anaknya baik kok, yang pasti dia akan jagain kamu dan ga bikin kamu sakit hati sayang”
“Makasih ya ma..tapi jujur Lativa belum bisa lupain Kim..”
‘Mungkin ini udah waktunya gue lupain lo Kim..udah saatnya gue buka hati buat orang lain.. Gue cuma bisa berharap lo bahagia ya sama Tania..’, batin Lativa

Mengapa? Mengapa? Mengapa saat aku jauh darinya, dunia seakan tak setuju aku membuka hati untuk orang lain? Mengapa dunia menyuruhku kembali padanya? Mengapa?
Lativa, lo adalah cewek paling bego deh. Lo liat kan sekarang Kim malah sama cewek ganjen itu. Lo balikan aja sana sama Kim! Gue setuju lo sama Kim daripada sama Tania yang gajelas asal usulnya itu.
Satu lagi pesan yang didapatnya yang menyuruhnya kembali pada Kim saat dia mulai membuka hatinya untuk Romeo.
I’m okay guys. I’m happy now, with him’,tulisnya di status twitternya yang membuat fans fans nya marah karena mengira dia sudah tidak mencintai Kim. Mereka salah, sangat salah. Justru saat dia mulai melupakan Kim, rasa itu malah semakin dalam. Seakan memaksanya untuk terus mencintainya. Walaupun ada Romeo disisinya, tapi rasa itu sepenuhnya masih menjadi milik Kim.
“Va kamu gapapa? Kamu keliatan sedih banget”, ucap Romeo yang menyadari kediaman Lativa sejak setengah jam yang lalu
“Gapapa kok. Aku seneng sama kamu”, Lativa mencoba tersenyum. Tapi tetap terlihat dipaksakan.
Diaduknya minuman dihadapannya itu sekali lagi. Perasaannya seakan juga ikut bercampur aduk. Digigitnya bibirnya kuat kuat sambil menahan air mata yang ingin segera keluar dari matanya. Dia menundukkan kepalanya, tak sanggup melihat mata Romeo yang penuh tanda Tanya terhadapnya. Akhirnya dia memberanikan diri menatap Romeo yang tersenyum kepadanya, tapi sedetik kemudian, air mata turun dari pelupuk matanya.
“Va kok nangis sih?”, Romeo kebingungan melihat gadis dihadapannya itu. Rasa bersalah mulai menyelimuti diri Lativa.Dia masih belum dapat melupakan Kim dari hati dan benaknya, malah rasa itu semakin dalam dirasakannya. Dia ingin mengatakannya, tapi bibirnya seakan terkunci rapat dan tak bisa mengatakan apapun. Dan itu semua menyesakkan hatinya.
“Romeo maafin aku..aku..”
“Hei kamu ngomong apa sih..Kamu ga salah Va…”
‘Kalo aja kamu tau…apa kamu bisa maafin aku…’, batin Lativa yang masih menangis
“Tapi aku…”
Romeo mengangkat wajah Lativa untuk menatap matanya
“Va liat mata aku. Aku ngerti Va.. aku ngerti kamu belum bisa sayang sama aku. Kamu sayang banget sama Kim. Aku tau Va…”
Lativa tidak tahu harus berbuat apa. Dia ingin mengucapkan banyak terimakasih, tapi dia juga banyak merasa bersalah.Entahlah, dirinya hanya ingin bersama Romeo sekarang. Dia sangat ingin belajar mencintai Romeo layaknya Romeo yang sangat mencintainya.

Terbangkan aku bersamamu. Agar aku dapat merasakan cintamu, agar aku dapat belajar menyayangimu. Agar aku dapat membuang semua gundahku, serta hitam masa laluku..
“Va.. hei…kok ngelamun sih? Bentar lagi kamu nyanyi lagi lo. Cepet ganti baju sana..” Romeo menyadarkan Lativa yang sudah melamun selama sejam lebih itu. Semua kisah lalu nya seperti berputar kembali di benaknya. Memaksanya untuk terus diingat.
“Va.. kamu harus siap dengan segala resikonya.. meski kamu ga sama Kim lagi. Aku yakin kamu bisa dapet chemistry dari lagu kamu ntar”
Lativa masih terdiam. Dia ingin mengatakan tak sanggup melakukannya. Akhirnya, dengan langkah berat, dia menuju kamar gantinya, mengganti baju yang dikenakannya dengan balutan dress selutut dan menaruh gitarnya. 10 menit kemudian, dia keluar dengan wajah yang tak biasa. Dia merasakan jantungnya berdebar tak karuan. Mungkin setelah adegan putusnya dia dengan Kim, dia belum pernah menyanyi dengan Kim lagi. Sampai hari ini, ulang tahun label nya, dia harus berduet dengan Kim.
“Va udah siap? Yuk..”, Kim mengulurkan tangannya pada Lativa yang masih duduk di sebelah Romeo. Lativa menatap Romeo sebentar, lalu dengan senyum manisnya, Romeo memberi isyarat Lativa untuk segera naik panggung. Lativa menyambut uluran tangan Kim dengan senyum terpaksa.
“Nyanyi aja. Gausah inget inget masa lalu kita. Aku tau kamu professional, Lativa..”, Kim duduk di kursi dengan gitar di pangkuannya, sementara Lativa berdiri di depan standing mic nya.
Lativa menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Lalu dengan sekuat tenaga, dia mulai tersenyum dan menyapa semua penonton yang telah menatap mereka.
“Selamat malam semuanyaa… Lagu terakhir dari kami sebagai penutup konser hari ini. Tentang Kita!”
Petikan gitar Kim mulai terdengar. Lativa menghembuskan nafasnya sekali lagi. Lalu perlahan dia membuka syair lagunya. Dengan sepenuh hati, dia menyanyikan lagu itu. Meski dia tahu, itu lagu ciptaannya dengan Kim dulu. Dia selalu ingat bahwa sekarang dia bersama Romeo, bukan Kim. Dia tahu, aka nada masa depan yang indah bersama Romeo. Dan dia akan menjadikan masa lalunya sebagai pelajaran yang indah untuk masa depannya.. Di tengah-tengah lagunya, dirangkulnya Kim yang duduk memetik gitarnya. Sekarang hatinya sudah lega sepenuhnya, dia mengakui dia bahagia sekarang. Ditatapnya Kim lekat-lekat, Kim membalas tatapannya. Lalu dengan bersamaan mereka mengakhiri lagu mereka yang langsung mendapat sambutan yang meriah dari ribuan penonton. Kim memegang tangan Lativa erat lalu menuntunnya turun ke backstage.
“Va.. kamu keren. Aku tau kamu bisa.. See ya!” Kim menggandeng Tania yang sedari tadi menunggunya. Lalu mereka berlalu, meninggalkan Romeo dan Lativa yang masih berdiri di belakangnya dengan tersenyum.
“Yuk Va pulang. Kamu pasti capek banget”, Romeo merangkul kekasihnya itu. Dilihatnya Lativa sudah bahagia. Mungkin dengan peristiwa singkat tersebut, Lativa bisa merelakan Kim sepenuhnya. Dan Romeo memang tidak salah. Lativa sudah merelakan sepenuhnya, sepenuh hatinya.
“Aku sayang kamu Romeo…”, bisik Lativa di sela sela langkah mereka



Read More

Rabu, 10 Juli 2013

Forbidden Love (Fan Fiction)

Second story :p kali ini lebih random lagi. Terinspirasi dari lagu yang ngetrend taun berapa lupa :p Dan karena lagi stuck mikirin nama tokohnya, jadilah ini fan fiction yang aku tau salah banget jodoh2in anak kecil ,umm maksudnya remaja yang ga bersalah.-. Kritik saran comment tetep perlu yeaa :> Enjoy reading! :)

Forbidden Love

Tuhan, izinkan aku untuk melihatnya tersenyum bagaua bersamaku, untuk mengepakkan sayap-sayap cintaku,untuk menerbangkan cita, asa serta harapanku untuknya.. Tapia pa dayaku, jika kau gariskan untuk melihatnya bersama orang lain, aku akan cukup tersenyum bahagia untuknya. Tentu jika terlebih Kau gariskan aku untuk menjadi bagian dari darahnya, bukan menjadi bagian dari tulang rusuknya, aku akan menjaga nya, melindungi serta menyayanginya dengan segenap jiwa ragaku… Walaupun aku tau, kenyataan pahit yang terbentang, bahwa dia adalah bagian dari darah dagingku juga….
Kau kan slalu tersimpan dihatiku..
Meski ragamu tak dapat kumiliki..
Kuhirup coklat panas yang masih mengepul di tanganku yang terbalut sarung tangan. Udara diluar begitu dingin oleh salju yang menutupi hampir setiap bagian dari kota Paris yang penuh romansa, kesan setiap orang tiap kali berkunjung kesini. Meski aku selalu menganggapnya sebagai kota yang penuh dengan fashionista dan stylish nya, ya memang mungkin karena aku seorang desainer baju muda yang terkemuka. Aku selalu mengeluh kesal setiap kali turun salju di kota ini, seruan anak-anak yang asyik nya bermain bola salju, yang terkadang mengajakku bermain bersama meski mereka tau aku jauh lebih tua dari mereka pun tak aku gubris sama sekali. Tetapi, ketika melihat pancaran dari wajah mereka, sempat terlintas di benakku bayang-bayang masa laluku, bersama seorang anak laki-laki yang selalu menemaniku, menjagaku, dimanapun dan kapanpun. Aku merindukannya, sangat merindukannya. Rindu semua tentangnya..Ah, mungkin aku terlalu bodoh. Mengharapkan sesuatu yang telah digariskan tidak untukku dan aku terus menyayanginya hingga 15 tahun lebih.. Dadaku terasa sangat sesak bila mengingat semua tentangnya.. Tapi, bagaimanapun juga, memori tentangnya, perasaanku padanya sungguh amat besar dan tak akan hilang sampai kapanpun juga.. Karena itu semua terlalu dalam.. Dia cinta pertamaku, yang mungkin akan menjadi cinta terakhir dalam hidupku..
Aku teringat ketika 5 tahun yang lalu sebelum aku berangkat ke kota ini, aku melihatnya tersenyum bahagia bersama orang yang dicintainya. Saat itu, aku sedang tertidur dikamarku dan dikagetkan oleh kakak laki-laki ku, tepatnya saudara kembarku yang hanya beda 1 hari denganku, masuk tiba-tiba ke kamarku dengan sebuah undangan berwarna perak dipadu merah mengkilap di genggamannya. Aku langsung tersentak kaget begitu melihat nama yang terukir disana, Alyssa Saufika & Cakka Nuraga. Aku mulai merasakan duniaku runtuh seketika menghancurkan hatiku berkeping-keping. Aku yang selalu mengharapnya dan mencintainya, tetapi dia sudah menjadi milik orang lain sekarang…
Jiwaku kan slalu bersamamu…
 Meski kau tercipta bukan untukku..
Aku hendak pergi ketika itu dia menahanku untuk bertahan ditempat itu. Sambil menyeka air mata yang terus turun dari pelupuk mataku, aku menatap matanya dalam.. Aku melihat sebuah kesedihan disana, tampak sayu dan kelam, tak seperti biasanya yang sungguh mengisyaratkan kebahagiaan dan kedamaian.
“Gue selalu sayang sama lo, gue selalu mengingat lo sampai kapanpun meski ada Ify disini. Lo aka nada dihati gue sampai kapanpun juga. Lo ga bisa tergantikan dengan apapun juga, Ify sekalipun ga bisa mengganti lo Ashilla.. Gue lakukan ini terpaksa karena kemauan ortu gue. Plis lo ngertiin Shil.. Dan gue gamau liat lo nangis gini. Gue ga akan tega liat lo terpuruk, lo tegar, lo kuat.. Gue yakin lo bakal dapet yang lebiih baik dari gue Ashilla.. Bunuh gue kalo gue salah. Bunuh gue kalo lo gabisa dapet yang lebih baik dari gue shil. Nyawa gue ga berharga dibandingkan kebahagiaan lo..”, Cakka menarikku kedalam pelukannya. Hal terakhir yang dia lakukan sebelum dia menjadi milik orang lain untuk selamanya.
Aku membalas pelukannya erat. Aku bahkan tak ingin melepasnya sedetikpun, tapi aku tau itu sangat mustahil. Aku melihatnya miris, semiris hatiku saat itu. Tatapan matanya mengisyaratkan aku untuk tetap tinggal, tapi aku tak bisa..Aku akan tetap pergi demi kebahagiaanmu, Kka…
Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi hanya untuk bersamanya…
10 tahun yang lalu…
Aku membuka mataku ketika matahari menyeruak masuk kedalam kamarku. Memaksaku untuk bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah usai, aku melihat bayanganku sendiri di depan cermin, aku dengan seragam putih-abu abu baruku, dengan rambut tergerai panjang yang keriting diujungnya, jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tanganku, sepatu converse hitam serta tas slempang baby blue yang tergantung di pundakku terkesan membuatku tampak lebih dewasa.
‘Yeah, here I go, SMA Latovska!’ batinku semangat.
“Shillaa turun gih, cepet habisin sarapannya atau kalo engga gue tinggalin juga lo biar dijemput angkot!”, seru kakak laki-laki ku, tepatnya saudara kembarku yang hanya beda sehari denganku. Tapi dia sudah sejenjang lebih tinggi dariku karena orang tua kami memang menginginkan anaknya tidak dalam jenjang yang sama meski kembar. Dan yang lebih menjengkelkan, dia adalah Ketua OSIS SMA Latovska, sekolah baruku. Aku langsung kesal begitu melihat dia mengenakan almamater sekolah berwarna merah, terlihat keren dan gagah.
‘Huh mentang mentang ketua osis bisa seenaknya!’, batinku kesal.
Karena tak ingin ditinggal saudaraku itu, akupun segera berlari kebawah mengambil sarapanku dan langsung menuju ke tempat kakakku di teras rumah. Sarapanku kubiarkan kusantap dijalan, yang paling terpenting aku tidak ditelantarkan oleh dia. Sesampainya di sekolah, aku mencari kelasku di papan pengumuman, tapi sebelum aku hendak mencari, dia menghentikan langkahku.
“Kenapa susah susah sih kalo ada yang lebih gampang”, katanya santai sambil melepas helm full face nya ketika melihatku berlari menuju papan pengumuman.
“Maksud lo?”
“Lo lupa ya kalo kakak lo yang satu ini adalah Ketua OSIS SMA Latovska yang paling keren, diidolain semua orang dan tau semuanya tentang sekolah ini?”
“Hih belagak banget sih lo mentang mentang ketua osis!”, cibirku
“Berani lo sama gue? Awas aja ntar gue hokum lari keliling lapangan 10 kali ditambah lo harus nembak Cakka, pangeran berkuda putih yang selalu lo impikan itu dan dipermalukan di seantero sekolah. Mau lo?”
‘Bisanya Cuma ngancem! Awas lo dirumah gue aduin ke Mama Papa!’, batinku tak terima melihatnya seenaknya mengancamku, tapi mengingat hukuman itu sangat berat, jadi aku Cuma lesu dan tak mengatakan yang sebenarnya ada dalam batinku
“Yadeh yadeh Alvin Jonathan si ketua osis yang paling keren se SMA Latovska! Jadi, mana kelas gue?”
“Tuh di lantai 2 paling kanan. X-5”, jawabnya enteng sambil meninggalkanku sendirian
“Dasar kakak kurang ajar! Nyebeliinn!!”, kata itu akhirnya terlontar juga dari mulutku. Yang langsung membuat dia berbalik badan dan menatapku tajam
“Masih berani ngelawan?”
“Enggak kok enggak suer deh”, ucapku sambil membentuk huruf V di jari-jariku
Dia tersenyum puas dan segera menuju ke Ruang OSIS.
Matahari begitu terik, dengan semangat yang masih membara, siswa-siswi baru SMA Latovska berbaris rapi di lapangan tengah lengkap dengan atribut sekolah yang diminta. Aku berulang kali mengibaskan tanganku guna menyejukkan badanku yang mulai berkeringat saking panasnya.
“Ya adik-adik semua, kita disini mau memperkenalkan diri. Saya, Alvin Jonathan Ketua OSIS SMA Latovska, ini disebelah saya adalah Wakil saya, yaitu Cakka Nuraga. Di sebelahnya lagi, Alyssa Saufika, Sekretaris Umum dan yang disebelah kak Alyssa adalah Gabriel Stevent, Bendahara Umum. Untuk pengurus yang lain, akan memperkenalkan diri di kelas kalian nanti. Saya sebagai ketua OSIS disini, menutup upacara pembukaan Masa Orientasi Siswa pagi ini, sekarang kalian bisa menuju kelas masing-masing”
Setelah pidato singkat yang menurutku sangat dan sangat membosankan itu berakhir, aku yang kelihatannya paling bersemangat menuju ke kelas langsung meninggalkan tempat itu seketika itu juga. Tapi setelah aku berbalik badan, aku mendengar namaku disebut. Mau tak mau aku berbalik badan dan melihat kearah sumber suara.
“Lo yang disana! Ashilla Zahrantiara, siapa yang menyuruh lo balik sekarang? Maju ke depan!”
‘Huh awas lo ya dirumah!!’, batinku menyeruak lagi melihat yang menyebut namaku adalah kak Alvin
“Eh lo jangan seenaknya dong kayak gini sama adik kelas!”, todongku tak terima
“Lagian siapa suruh lo balik sekarang hah? Dasar nenek lampir!”, ucapnya di mikrofon yang berhasil membuatku malu setengah mati
“Lo yang nyuruh kan! Plin plan banget sih lo! Katanya paling keren, taunya bego banget! Gamau deh ya gue manggil lo dengan sebutan ‘kakak’! secara kan kita Cuma beda sehari aja tau!!”, protesku.
“Bawel banget sih lo!”
“Emang kenyataan lo mau apa sih pangeran gagal?”
“Heh berani berani nya lo ya! Awas lo!”
“Apa??? Lo piker gue langsung ciut gitu lo ancem? Dih ga banget!”
“Oke! Lo kena hukuman nembak orang yang lo cinta sekarang dihadapan gue!”
“Well gue bakalan nembak dia sekarang!”
“Cepetan!”
“Kak Alvin, gue cinta sama lo, mau gak jadi pacar gue? Gak mau kan? Ya iyalah kan lo saudara kembar gue, jadi gak mungkin pacaran,so kita saudaraan aja,oke?”
“Shilla lo bener bener udah gila ya?”
“Emang gue cinta elo kok, sebagai saudara”, jawabku enteng
“Awas lo yaaa!!! Udahlah, sekarang gue perintahkan kalian semua balik ke kelas!!”
Semua siswa hening, menatap kak Alvin dengan tampang polos.
“SEKARANG!! ATAU LO SEMUA MAU GUE HUKUM JUGA???!”
Seketika semua anak langsung berhamburan ke kelas. Begitupun aku yang langsung kembali ke kelasku dengan senyum kemenangan.
“1-0 buat lo, kak Alvin yang terhormat!”, bisik ku sebelum meninggalkan lapangan. Dari kejauhan kulihat dia mengeram kelas dengan tatapan gue-akan-bales-elo-Ashilla yang tak ku anggap sama sekali. Aku terlalu senang menerima kemenangan kali ini yang berhasil membuat harga dirinya sebagai Ketua OSIS turun drastis.
Aku duduk dibangku ku masih mengibaskan tanganku berulang kali guna menghilangkan panas. Disampingku, Sivia, sahabatku terlihat tertunduk lemas. Aku melihatnya iba, seakan ikut merasakan sakitnya.
“Vi, lo gapapa?”, tanyaku memastikan. Tapi tak kusangka dia malah menangis. Aku tak tau harus berbuat apa. Aku hanya bisa memeluknya. Namun itu tak tahan lama sampai aku melihat siapa yang dating ke kelasku saat itu juga. Orang yang sangat kucintai, kuharapkan, dan selalu menjadi bunga tidurku tiap aku terjaga. Aku langsung kembali duduk seperti semula dan membiarkan Via menyeka air matanya dan menenangkan dirinya sendiri.
“Kalian udah tau kan siapa gue? Yang gue lakukan disini Cuma ngenalin kalian tentang sekolah ini. Sebelumnya ada pertanyaan?”, Tanya kak Cakka yang terlihat sangat menawan di mataku.
“Ya kamu!”, tunjuknya kearah anak laki-laki yang duduk di belakangku.
“Itu pacarnya ya kak? Kenalin dong!”, goda laki-laki itu. Kak Cakka hanya tersenyum sebelum menjawab pertanyaan dari Rio, nama anak laki-laki yang duduk dibelakangku tersebut.
“Ini kak Agni, kapten basket cewek, pengurus Sekbid 4, bagian Olahraga dan ini bukan pacar gue”, ucapnya santai yang membuatku lega. Ternyata kak Agni bukan pacar kak Cakka meski kelihatannya mereka cocok. Sama-sama suka olahraga basket. Kak Cakka pun adalah kapten tim basket cowok.
“Sekarang perkenalkan kalian satu persatu, mulai dari kamu aja, Shilla”, dia mencoba mengingat namaku, namun aku segera menyautnya dan maju ke depan untuk memperkenalkan diri.
“Nama aku Ashilla Zahrantiara, panggil Shilla aja, dari SMP Inter-Cossava. Aku harap aku bisa berteman baik dengan kalian. Terimakasih”, aku tersenyum sembari menutup perkenalanku. Kulihat kak Cakka menatapku, berhasil membuat jantungku berdebar tak karuan, dan salah tingkah tentunya.
Ku mencintainya…sungguh mencintainya…
Aku menimang ponselku dan berjalan mondar mandir di kamarku. Menunggu kabar dari seseorang.
‘Apa dia sibuk? Si Alvin aja juga belom nongol batang idungnya’, batinku.
Tepat setelah aku memikirkannya, ponselku bergetar. Aku segera membaca pesan singkat itu dan langsung tersenyum. Aku berlari menuruni tangga dan langsung menyambar sepatu kets putihku dan mengayuh sepeda ku menuju lapangan kompleks.
Ku lihat sosok laki-laki disana. Memainkan bola dengan lincahnya dan dengan antusias memasukkannya ke ring. Aku tersenyum. Entah kenapa aku merasa selalu bahagia saat melihatnya seperti ini.
“Hei, kak Cakka udah lama?”, sapaku yang seketika menghentikan permainannya dan menoleh kearahku dengan senyuman khasnya yang sangat manis.
“Belom kok. Ini aja gue masih pake seragam. Cuma ganti kaos aja”
“Oh yaudah. Langsung mainnya?”
“Taun depan shil”, jawabnya sambil mengacak rambutku. Aku hanya tersenyum, lagi. Aku merasa seperti melayang sekarang. Aku tau, aku seharusnya menganggap dia sebagai kakak, tapi perasaanku terlalu besar untuknya.
Kuambil dua botol minuman dari tas ku. Yang satu kuberikan untuknya. Dengan senyumannnya, dia menerima botol itu dan merangkulku.
“Umm.. shil..boleh gak gue Tanya sesuatu?”
Aku seketika menghentikan minumku dan menatapnya heran, Tak biasanya dia ijin dulu sebelum bertanya sesuatu.
“Apa kak?”, jawabku berusaha sesantai mungkin
“Sekarang lo lagi suka sama seseorang ya? Kata kakak lo, lo sering ketawa sendiri di kamar. Terus muter lagu kasmaran terus. Bener ya?”
‘Gue emang lagi kasmaran sama lo kali kak! Lo ga peka banget sih’, batinku. Tapi aku tau aku tak mungkin mengatakan itu didepannya sekarang.
“Iyasih. Tapi emang kenapa? Kakak cemburu ya gue mulai kasmaran gini? Apa lo takut kehilangan kasih sayang adek kecil manis kesayangan lo ini?”, aku berusaha membuatnya tertawa.
“Emang gue cemburu Ashilla. Mangkanya gue Tanya. Dan gue takut banget kasih sayang lo itu nanti buat orang lain dan bukan buat gue.”,katanya lirih tak berani menatapku. Aku kaget. Aku merasa jantungku yang tadi tak karuan, kini semakin menjadi. Aku mencoba mendekatkan diriku dengannya. Balas memeluknya.
“Emang lo tau gue kasmaran sama siapa? Kok kesannya lo kayak gitu. Dasar sok tau! Mungkin setelah lo tau lo akan loncat setinggi tingginya sekarang”
Dia langsung melepas pelukanku dan menatapku tajam. Bertanya Tanya siapakah sosok yang aku cintai sekarang.
“Emang siapa?”
“Elo.  Mungkin lo gak bakalan percaya tapi inilah fakta sebenernya. Gue cinta lo, kak Cakka. Daridulu saat lo menemani gue tiap saat. Disitulah gue merasa lo itu berharga buat gue, dan gue mulai merasakan perasaan ini hingga sekarang pun gue tetep cinta sama lo kak!”
Kak Cakka menatapku seolah tak percaya. Namun sejurus kemudian dia langsung memelukku.
“Gue juga cinta lo shil, Lo mau kan jadi bagian dari hidup gue mulai sekarang?”
“You’ve been kak”, jawabku membalas pelukannya.
Matahari terbenam menjadi saksi bisuku dengan kak Cakka. Karena hari mulai gelap, aku pun memutuskan untuk pulang. Aku tau nanti sampai rumah pasti Alvin langsung menanyaiku macam macam karena kak Cakka cerita bahwa dia membolos rapat dengan Alvin agar bisa berdua denganku. Dan sesuai dugaan, Alvin langsung melotot dan kesal melihat anak buahnya itu langsung berlari keluar ruangan.
Sesampainya dirumah, seperti yang kukira, Alvin langsung menodongku dengan berbagai pertanyaan dari kenapa Cakka buru-buru hingga apa yang aku lakukan dengannya. Aku hanya menjawabnya enteng.
“Gue jadian.”
Yang berhasil membuat adegan minumnya terganggu dan melotot saking kagetnya. Kemudian berlari mengejarku hingga ke kamar. Tapi terlambat. Aku sudah mengunci kamarku sehingga dia hanya bisa berteriak dari luar kamarku dan menggedor pintu kamarku. Tapi kuabaikan saja hingga dia berhenti melakukan itu dan kembali ke habitat asalnya yang membuatku tertawa keras saking puasnya.
Rasa ini sungguh tak wajar namun kuingin tetap bersama dia, untuk selamanya…
Setahun berlalu sejak aku menjalani hari hariku dengan kak Cakka, kekasih ku yang amat aku cintai. Aku merasakan ponsel ku bergetar di saku rok ku. Aku segera mengeceknya, dan setelah aku menerima pesannya. Aku kaget. Tak biasanya kak Cakka memintaku bertemu dengannya saat aku dalam keadaan ujian, dia sudah tahu itu. Tapi kenapa dia memintaku untuk bertemu dengannya sekarang juga? Aku masih bertanya Tanya.. Dengan secepat mungkin, kukerjakan soal Matematika yang membuatku pusing tujuh keliling. Setelah mengumpulkan pekerjaan ku, aku segera pamit keluar untuk menemui kak Cakka di taman belakang sekolah. Disana, kulihat kak Cakka sedang kebingungan, wajahnya pucat, dan terus menarik rambutnya frustasi. Aku heran melihatnya. Aku segera mendekatinya, mencoba menenangkannya.
“Kak Cakka kenapa? Cerita sama aku..”
“Gue.. gue gabisa shil.. gue takut kehilangan lo.. gue gamau shil..gue gamau…”
“Kakak ngomong apa sih? Ngaco banget. Shilla disini, sama kakak. Dan selamanya akan begitu…”
“Gak shil.. sebelum lo tau semuanya..”
Aku terdiam. Apa maksudnya?? Apa maksud dari perkataannya??
“Maksud kakak apa sih? Shilla ga ngerti kak.. Kak Cakka mau kan jelasin semuanya ke Shilla??”
“Gue…gue..gue kakak lo Shilla…kita sedarah..kita ga mungkin jadi satu shil..”, ucapnya lirih menahan tangis. Aku pun merasa hatiku tertusuk teramat dalam.
“Ga mungkin kak…kakak tau darimana??”
“Ini lo liat sendiri”, dia menyerahkan handicamnya. Terekam dua orang wanita dan laki-laki paruh baya yang sedang adu argumen.
“Pokoknya aku gamau tau pa, dia anak kandung papa atau bukan. Aku cuma ingin perhatian papa buat Cakka! Anak kita pa…”
“Tapi Shilla juga anak papa ma.. tolong ngertiin walaupun dia memang bukan darah dagingmu.. tapi dia tetap darah dagingku..”
“Papa belain Ashilla dan mamanya terus..”
“Pah..mah.. apa maksud semuanya.. Ashilla siapa???”, Tanya Cakka yang juga terekam disitu
“Ashilla Zahrantiara, pacar kamu nak.. Mangkanya papa melarang kamu pacaran sama dia.. Maafin papa baru bisa cerita sama kamu sekarang…Papa tau kamu marah sama papa..”
“Papa jahat!!!!”
Dan setelah itu wanita dan laki-laki itu pergi bersama dengan matinya rekaman tersebut, Tapi seperti ada yang mengganjal. Lantas, siapa yang merekam semua itu jika Cakka adan dalam rekamannya juga?? Aku masih bertanya Tanya.
“Handycam nya ga sengaja masih belom gue matiin waktu gue bikin video buat ulang tahun sepupu gue Ray di Bandung, dan gue gabisa dating ke ultahnya, jadi gue mau kirim video itu buat kadonya. Tapi lupa belom gue matiin. Akhirnya itu merekam semuanya…”
“It’s okay kak.. Gue ikhlas kalaupun gue digariskan sedarah sama lo.. Meski hati gue ga rela tapi gue akan menerimanya kak.. Lo juga harus gitu ya…”
“Gue..gue ga bisa shil..gue gabisa…”
“Kak, Shilla ngerti kakak sayang banget sama Shilla. Shilla juga sayang banget sama kakak. Tapi kalo gini, gimanapun juga kita harus terima takdir kak.. Kita ga mungkin bersatu.. Shilla ngerasa kita sampai disini aja kalo gitu kak.. Shilla akan ngebiarin kakak sendirian dulu..Nenangin diri dan nerima semuanya.. Kalo kakak butuh Shilla, Shilla selalu ada buat kakak kapanpun kakak mau hubungin Shilla…”
“Gue sayang banget sama lo Shilla..Gue cinta sama lo…”, bisiknya di telingaku
“Gue juga kak Cakka….”
Tak terasa air mata mulai turun dengan derasnya seiring dengan hujan yang membasahi atmosfer bumi saat ini..
Mengapa cinta ini terlarang??
Saat kuyakini kau lah milikku..
Aku terbangun dari tidurku saat Alvin lagi-lagi membangunkanku, tapi kali ini lebih pelan dan lembut, tak seperti biasanya yang tega mengguyurku dengan air es.
“Shil, lo bangun gih, kan bentar lagi papa kandung kita mau kesini..”
Masih berat membuka mataku, sejak itu, sejak hubunganku dengan kak Cakka kandas, aku menjadi pendiam. Aku lebih suka diam didalam kamar, dan makanpun sehari sekali. Alvin yang biasanya selalu mengejekku, juga lebih peduli dan perhatian lebih terhadapku. Dia sungguh tak ingin adiknya ini terpuruk dalam kesedihan yang dalam.
“Vin..gue ga sanggup… Gue..gue masih cinta banget sama dia…”
“Gue tau berat buat lo.. Tapi ini harus Shil, kali ini lo harus temui mereka.. Lo gamau kan ngecewain Cakka gitu aja? Setelah Cakka berhasil move on dan tersenyum lagi demi lo, kenapa jadi lo yang terpuruk gini??? Please shil, lo juga harus ngerti keadaan.. semua pasti ada hikmahnya shilla…”
“Lo ga ngerasain apa yang gue rasain Vin! Jadi lo gausah nasehatin gue macem macem deh! Gue udah bukan anak kecil! Gue udah bisa nentuin mana yang pantes buat gue! Gue gam au diatur! Gue ga butuh nasehat lo Alvin!!!”
Aku memang masih belum bisa menerima semuanya, kenyataan pahit ini membuatku sangat sakit dan terpuruk. Kulihat Alvin menarikku kedalam pelukannya, aku hanya bisa menangis deras di pelukannya, aku ingin menumpahkan semuanya. Setelah aku berhenti menangis, kulihat Alvin tersenyum kearahku. Aku pun membalasnya. Aku tau saat ini akan tiba, aku tak mau Mama kecewa lagi melihatku seperti ini. Dan terlebih lagi, aku akan buat kak Cakka bangga dengan diriku sekarang, yang tegar dan kuat seperti apa yang diinginkannya.
Tak kusangka kak Cakka dan papa-kandung ku telah menunggu ku di ruang tamu. Aku hanya tersenyum pahit dan melirik Alvin disampingku yang tersenyum manis sekaran berkata lo-harus-temui-dia-sekarang.
“Hai kak Cakka.. hai..umm.. Papa..”
“Hai Shilla.. gimana sekolah kamu di Paris?”, Tanya Papa Cakka, maksudku Papa ku juga..
“Umm udah selesai kok. Ini lagi liburan aja abis wisuda..”
“Umm Shilla, boleh bicara berdua sama kamu?”, kali ini Cakka yang angkat bicara
“Boleh kok kak, yuk ke belakang aja..”, ajakku.
Di taman belakang aku dan kak Cakka hanya terdiam. Seperti ada penghalang es yang begitu tinggi menjulang diantara kami yang tak akan leleh terkena matahari sekalipun. Aku pun memandangnya. Terlihat dia cukup bingung dan gelisah.
“Shill..”
“Kak”
Tak terasa kami mengucapkan itu bersamaan.
“Kakak dulu aja”, kataku. Kulihat dia hanya tersenyum pahit, dan matanya menyorotkan sinar kesedihan, sama sekali tak ada kebahagiaan dan semangat yang terpancar seperti dulu, saat masih bersamaku…
“Shilla…gue mau…gue mau tunangan..maaf gue baru bisa ngasih tau ini sekarang..Gue bener bener minta maaf…gue udah berusaha nolak, tapi papa mama gue maksa gue..gue ga bisa apa apa selain Cuma nerima..gue…juju raja..gue masih cinta banget sama lo..gue tau lo bakalan marah..tapi…”
“Kak..dengerin Shilla ya..Shilla Cuma mau kakak bahagia, walaupun ada atau ga ada Shilla kakak harus tetep semangat, harus tetep seneng, Shilla ga pengen liat kakak sedih..Shilla bahagia kalo kakak juga bahagia… Shilla janji Shilla bakal nerima apapun keputusan kakak dan Papa… Shilla tau itu semua yang terbaik buat kita kak…”
“Shilla…maafin gue..gue…”
“Kak..Kakak ga salah apa apa…kakak ga perlu minta maaf sama Shilla.. Kalaupun kakak salah, Shilla udah maafin kok kak…”, aku berusaha tersenyum walaupun dalam hatiku teriris,amat dalam. Aku mencoba menahan tangis. Tapi setelah dia menarikku kedalam peluknya, aku tak dapat menahan air mataku yang turun begitu saja. Biarlah, biarlah ini menjadi terakhir kalinya aku memeluknya, biarkan aku hanyut kedalamnya..Biarkan aku merasakan kehangatan ini sebelum semua lenyap tak tersisa…
Mengapa cinta kita tak bisa bersatu?
Aku merasakan kepalaku hampir pecah, terasa berat. Aku mencoba bangun dari tidurku, tapi yang ada, aku terpeleset dan jatuh. Untungnya, tak ada yang menyadari adegan jatuhku. Kalau tidak, Alvin dan Mama bisa langsung khawatir akan keadaanku sekarang. Aku bangkit kembali dan duduk di tepi ranjangku. Kupeluk kedua lututku dan menghadap keluar jendela. Hari sudah mulai terik, aku melihat dua orang anak perempuan dan laki laki berjalan bersama mengenakan seragam putih abu abu, entah mengapa aku jadi teringat Cakka..Dulu aku juga sering melakukan hal yang sama. Tapi itu dulu…
“Shilla…”
Tiba-tiba Alvin masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu dahulu sehingga membuat lamunanku buyar dan aku kembali tersadar.
“Gabisa ya sopan dikit kalo masuk ruang privasi orang?”
“Maaf..gue Cuma disuruh mama nyerahin ini sama lo..gue harap lo bisa kuat Shil..gue yakin banget lo bisa kuat dan tegar..Shilla yang gue kenal ga pernah nangis, apalagi karena cowok..Shilla yang gue kenal ga rapuh seperti ini..Shilla yang gue kenal selalu semangat dan ceria menghadapi semua masalah..Gue harap lo akan terus seperti itu…”
Bersamaan dengan berakhirnya ucapan itu, Alvin melangkah keluar dan membiarkan aku sendiri di kamarku seperti semula. Aku menatap undangan di tanganku. Seperti tersambar badai, aku membaca ukiran nama disitu, tertera Cakka Nuraga&Alyssa Saufika. Aku hanya tersenyum pahit. Aku menelusuri mataku seperti mencari sesuatu di kamarku, setelah kutemukan benda itu. Aku pun bertekad untuk kembali lagi..Niatku telah musnah, niatku kembali ke Indonesia sudah berubah, aku akan memenuhi kontrakku disana..Di Paris. Aku akan melupakan segalanya disini. Aku akan menyimpan semua kenangan pahit, yang dulu mungkin terlalu manis ini dalam hatiku yang paling dalam.
Saat kuyakin tak ada cinta selain dirimu…
Kuhisap sedikit demi sedikit coklat panas itu sampai tak tersisa. Pahit, tapi terdapat manis juga disitu. Tak terasa aku sudah memakan waktu 3 jam disini, mengingat semua memori bak puzzle yang mulai tersusun rapi lagi dalam benakku. Aku sungguh tak ingin kenangan itu hilang. Di hatiku yang paling dalam, aku merindukan sosok itu. Sosok yang amat sangat kucintai. Tapi..apalah dayaku jika itu semua harus berakhir. Aku yakin, aku bisa bahagia walaupun tanpanya. Aku yakin ada orang yang bisa membuatku tersenyum bahagia, selamanya..
“Shilla.. I’m sorry. I make you waiting for me for a long time..”
Aku tak merasa menunggu, sungguh. Jika mengingat kenanganku dengan Cakka. Aku tak seperti menunggu, aku selalu menikmati detik demi detik waktu yang kulalui bersamanya, dulu.
“Eh gapapa kok…”, aku hanya tersenyum padanya. Kulihat dia membalas tersenyum hangat. Dia sangat mencintaiku, menyayangiku, tapi aku belum bisa membalas semua itu, aku masih dihalangi bayang-bayang Cakka…
“Shilla…aku tau kamu masih terbayang-bayangi Cakka..masa lalumu. Tapi aku bisa menunggu kalau itu memang yang terbaik..”, ucapnya seolah mengerti apa yang ada di benakku.
“Thanks so much. I’ll learn to love you..I promise to you and myself..”
“Makasih Shilla.. aku juga janji aku bakal bikin kamu senyum lagi, dan aku ga akan bikin kamu menangis lagi…Aku akan menjagamu sebisaku..sekuat ragaku..”
“Kamu ga perlu jagain aku..aku…”
“Shilla..udah jadi kewajiban aku buat jagain kamu…”
Dia sungguh mirip Cakka. Kenapa bayang-bayangnya tak juga hilang dalam jangka waktu yang lama? Apakah cintaku terlalu dalam untuknya?
Kurasakan jemari hangat menggenggam tanganku erat. Seakan tak akan melepasnya sedetikpun. Aku menunduk, aku merasa sangat bersalah. Tapi apapun yang aku hadapi saat ini, aku harus bisa menjalani dan menghadapinya. Aku harus kuat. Aku tak akan terpuruk lagi. Kubalas genggamannya dan kuajak dia menghirup udara luar, yang sangat sangat dingin. Badai sudah berhenti sejam yang lalu, mungkin itu yang membuatnya, maksudku Rio, orang yang menyayangiku sekarang, terlambat menemuiku disini.
Di bawah menara berkilauan yang menjadi mahkota kota Paris ini, aku berjanji pada diriku dan pada Rio. Aku akan belajar menyayanginya dan mencintainya, seperti apa yang dulu aku lakukan pada Cakka. Tapi aku sudah menyadari sesuatu. Rio bukanlah Cakka. Mereka sosok yang berbeda. Tapi semua itu membuatku belajar lebih mudah, dan menghilangkan bayang-bayang Cakka di benakku serta menggantikannya dengan Rio, untuk selamanya..



Read More

© My Own Words, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena