I made this story based on someone. Ini mungkin bukan pengalaman pribadi orang, tapi kayaknya ini gitu juga (?) Terinspirasi dari 2 orang, eh 4 deng hahaha :p Gara gara kemaren patah hati setelah tau sang idola punya pacar baru :( (?) Kayaknya ini jleb banget nginget mereka udah lama putus, saya bikin cerita ini cuma mau have fun aja, ga pengen rusuh :D Check this out and hope you enjoy! Kritik saran serta comment nya yaaa! ;)
Kata-kata tak bisa memberi gambaran cintaku padamu..
Read More
Melody
Ketika hati sudah tak sanggup lagi, aku ingin hanya aku yang menentukan.
Ketika cinta sudah tak dapat berlabuh di hati, maka aku hanya ingin tak ada seseorang yang mengganggu
Ketika masa lalu menjadi penghalangku untuk mencintai, maka aku ingin cinta dapat menyembuhkan sakit yang kurasa
Dan ketika cinta sudah memilih hati mana untuk berlabuh, aku ingin bahagia dengan hati yang kupilih...
***
"Lativa! Lativa!", nama itu terus
dielu-elukan sepanjang show dimulai senja itu. Seorang gadis remaja yang
berparas cantik turun dari panggung dengan gitar putih di punggungnya mengelap
keringat yang turun di pelipisnya. Show kali ini memang melelahkan. Setelah
menyayikan 5 lagu, dia diminta menyanyi lagi 2 permintaan lagu dari fans nya.
Jadilah suaranya jadi korbannya. Tapi tak apa demi fans fans setianya yang
telah mendukungnya selama ini.
"Va ini minum dulu", tawar
seorang laki-laki yang umurnya bisa dibilang 4 tahun diatasnya. Dia adalah
kekasihnya selama ini,sudah 2 bulan ini tepatnya.
"Makasih Romeo lo baik banget",
Lativa meneguk air mineral itu sampai separuh sedangkan Romeo hanya tersenyum
tipis. Dilihatnya gadis disampingnya yang tampak kelelahan itu. Entah kenapa dia
selalu menemukan sepenggal kesedihan yang tak akan pernah bisa terhapus oleh
apapun juga. Tapi dia menyadari itu, dia harus mengerti tidak semudah membalik
telapak tangan untuk melupakan orang yang sudah lama terukir dihatinya. Entah
sampai kapan dia bisa sepenuhnya berada di hati gadis itu. Selalu saja dia
hanya mendapat sedikit tempat dihatinya...
Kata-kata tak bisa memberi gambaran cintaku padamu..
"Kim makan dulu nak", ajak
seorang laki laki paruh baya yang notabene adalah ayah Kim, seorang anak 11 tahun
yang asyik berkutat di depan TV nya.
"Nanti dulu yah. Kim masih lihat
Lativa nih yah. Dia cantik banget ya. Suaranya juga bagus deh yah. Nanti Kim
bisa ketemu ga ya sama Lativa? Kim suka sama Lativa yah..", Kim berkata
tanpa memalingkan mukanya dari TV yang ditontonnya. Ayahnya hanya tersenyum
melihat tingkah anaknya yang satu itu. Sepeninggal Bunda nya, Kim tidak pernah
bahagia lagi, tapi sejak dia kenal Lativa, seorang artis cilik yang sedang naik
daun, ayahnya bisa melihat putra nya itu tersenyum bahagia.
"Bisa kok. Nanti kamu belajar musik
sama kak Vano ya biar nanti pinter nyanyi juga", hibur Ayahnya.
"Beneran yah? Kim janji Kim belajar
musik yang bener biar bisa nyanyi"
Tanpa sepengetahuan Kim dan Ayahnya, Vano,
kakak sulungnya melihat itu dengan tatapan yang bisa diartikan sedih. Dia ingin
membuat adiknya itu bahagia. Dan hanya ada satu jalan, mengajarinya sesuatu
yang sangat diinginkannya dan mengenalkannya dengan temannya yang notabene
adalah anak seorang produser musik.
"Vano pulang"
"Kakak Kim mau diajarin musik lagi
sama kakak. Gapapa deh tangan Kim sakit lagi yang penting Kim bisa ketemu
Lativa. Kakak mau kan kak? Mau ya? Mau ya? Janji deh"
"Iya ayo kakak ajarin sini", Vano
menarik gitar yang ada di depan Kim lalu perlahan menaruh jari-jari Kim pada
senar-senar itu hingga menghasilkan sebuah alunan yang indah dan merdu
didengar.
Aku memang bukan pujangga yang mahir
merangkai kata, tapi aku hanya punya 3 kata yang mengekspresikan perasaanku
padamu, Aku Cinta Kamu.
Kim memandang studio musik itu tak
berkedip, seperti mimpi. Tapi disinilah dia sekarang. Dengan usahanya selama
setahun penuh, dia berhasil memikat hati seorang produser musik yang lumayan
terkenal.Dengan langkah pasti, dia masuk kedalam ruangan yang penuh dengan
peralatan musik seperti gitar, drum, keyboard. Serta ada banyak
kepingan-kepingan logam yang terpahat penghargaan musik. Hingga perhatiannya
terpusat pada sebuah poster di pojok dinding itu.
"Lativa...", dia mengatakannya
seperti berbisik, tapi sepertinya kakaknya tetap mendengarnya. Vano hanya
tersenyum dan seakan mengatakan lihat-saja-nanti.
"Halo Vano dan..Kim", ucap
seorang wanita berpakaian modis dan bermake up lumayan tebal
"Halo tante",ucap keduanya
bersamaan
"Berhubung saya sudah tak punya banyak
waktu lagi kita langsung rekaman aja ya. Di situ..", tunjuk wanita itu
pada sebuah ruangan rekaman yang cukup luas
"Tante boleh Kim tanya sesuatu?",
tanya Kim ditengah tengah langkahnya yang berhasil membuat wanita itu menoleh
dan menghentikan langkahnya sejenak
"Tanya apa sayang?"
"Itu kok ada poster Lativa..itu loh
artis yang punya suara bagus.."
"Dia kan artis kita. Maksudnya dia
juga rekamannya disini..", jawab wanita itu. Kim tak percaya mendengarnya,
apakah dia hanya mimpi atau ini memang kenyataan. Entahlah dia hanya berharap
kalau ini hanya mimpi, dia tak terbangun selamanya.
"1..2..3.. Mulai!"
Musik mulai dimainkan. Dan Kim pun mulai
menyenandungkan lagunya. Wanita itu tersenyum, di benaknya dia tak salah
memilih. Dia tersenyum puas. Dan tanpa sepengetahuan Kim, ada sepasang mata
yang menatapnya dengan kagum, sosok yang selama ini ada di mimpinya, dan dia
ingin tak akan terbangun selamanya jika dia sudah mempimpikannya.
"Anak itu berbakat tante..", ucap
seorang gadis pada wanita itu
"Aku tahu itu, aku tak salah memilih
kan Va?"
"Saya juga tahu anda tidak pernah
salah memilih tante..", gadis itu tersenyum. Sepertinya dia mulai menaruh
perasaan pada Kim.
Gadis dan wanita itu tepuk tangan seiring
diakhirinya alunan suara Kim. Kim tersenyum puas, tapi jelas tampak tersirat grogi
di wajahnya.Tapi memang tak dapat dipungkiri Kim memang berbakat di usianya
yang masih 12 tahun itu.
"Eh..Lativa ya? Kok bisa..", Kim
masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Hei kenalin gue Lativa. Tapi pasti
udah kenal kan?", Lativa mengulurkan tangannya dengan senyum manisnya
"Eh iya. Ngg..Kim. iya panggil Kim
aja..", Kim balas menjabat tangan Lativa dengan perasaan campur aduk
antara senang, bingung, grogi, dan sebagainya.
*Aku masih mengingatnya, pertama kali kita
bertemu, matamu mengisyaratkan kedamaian dan kesejukan. Hingga saat ini, aku
tak sanggup untuk melupakannya. Sedetikpun aku tak sanggup.
Pertemuan singkat itu memang membuat Kim
dan Lativa dekat. Bahkan kedekatan mereka sering disalah artikan beberapa
orang. Tidak ada yang tahu kepastiannya. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Waktu memang terasa cepat berlalu jika sedang bersama orang yang disayangi.
Begitu juga dengan Kim dan Lativa yang sudah 3 jam bermain di Time Zone sebuah
mall di Jakarta.
"Va udahan ah capek..", Kim duduk
di salah satu bangku di depan layar game karena kelelahan
"Ini masih asik tau. Masih satu level
lagi nih gue harus menang pokoknya!", Lativa masih bersemangat dengan game
di depannya
"Va gue capek. Oke gue tinggalin lo
disini sekarang juga ya. Bye.", melihat Kim yang mulai menjauh
meninggalkannya Lativa terdiam. Dia menghentikan permainannya dan duduk di
bangku yang tadi dipakai Kim
'Kenapa sih lo selalu egois gitu? Lo ga
pernah mikirin perasaan gue. Benci banget sama lo!', batin Lativa
"Halo kakak cantik. Kakak kenapa
sedih?", tanya anak kecil yang tiba tiba menghampiri Lativa dengan sebuah
boneka Hello Kitty besar yang lebih tinggi darinya. Melihat itu, perlahan
Lativa tersenyum dan mengajak anak itu duduk disampingnya
"Kamu namanya siapa?", tanyanya
"Aku Reynald kak. Kakak kak Lativa
artis itu kan? Rey suka banget liat kakak nyanyi. Suara kakak tuh bagus kayak
malaikat..", ucap anak itu dengan polosnya
"Makasih ya. Kamu kok sendirian? Mama
papa nya dimana?"
"Masih belanja kak. Aku ditinggal sini
soalnya aku males nemenin mama belanja yang buanyak itu. Eh iya kak, tadi aku
dikasih ini sama kakak kakak ganteng yang tadi main sama kakak..", dia
memberikan boneka itu pada Lativa
"Oiya ada kartunya juga loh kak. Kakak
itu manis banget ya.. Perhatian deh. Pasti dia sayang banget ya sama
kakak"
Lativa tersenyum, tak menyangka Kim akan
memberinya boneka itu
"Eh..dia dapet darimana?"
"Baca aja sendiri kak.. Eh kak aku
udah dijemput tuh sama mama papa..duluan ya kak"
Sepeninggal anak laki-laki itu, Lativa
membaca kartu ucapan yang terdapat pada kalung boneka itu.
'Lativa ini kan yang lo pengen? Gue tau
loh. Lo pikir gue tega gitu ninggalin lo gitu aja? Ini boneka buat lo soalnya
tiket gue banyak banget ga kepake, jadi gue tukerin tiket gue buat lo aja
sebagai tanda maaf gue ninggalin lo. Gue tunggu lo sekarang di foodcourt steak
biasanya. Cepet atau kalo engga gue tinggalin beneran biar lo naik angkot.
Tertanda, orang yang paling ganteng di hati
Lativa :) '
"Lo geer banget sih. Tapi emang bener
juga..", Lativa senyum senyum sendiri sambil memeluk boneka itu.Di
sepanjang langkahnya, dia terus tersenyum. Masih tak menyangka Kim yang cuek
minta ampun bisa bersikap manis padanya.
Di foodcourt, Kim tampak berulang kali
melihat jam tangannya. Lativa yang baru datang hanya menyengir tanpa rasa
bersalah
"Lo kemana aja sih? Makanan gue udah
habis tuh gara gara lo lelet"
"Hehe maaf ya"
"Okelah gue tau lo kesenengan dapet
boneka itu dari gue. Ya kan? Ngaku lo"
"Dih siapa bilang"
"Itu buktinya lo pelukin terus
bonekanya"
"Gue suka aja kayak gini", Lativa
memalingkan mukanya. Panas menjalari wajahnya.
"Gue mau deh gantiin boneka lo",
Lativa kontan mendongak, menatap Kim yang menatapnya liar
"Maksud lo apaan deh Kim?"
"Ya gitu deh lo peluk gitu. Gue kan
mau juga"
"Modus banget lo. Udah ah gue pesen
dulu. Laper banget", Lativa menaruh boneka tersebut di kursi sampingnya
dan langsung bergegas memesan makanan. Sebenarnya, dia menahan malu di depan
Kim. Daripada nanti dia salah tingkah dan terlihat malu di depan Kim. Tapi jauh
didalam lubuk hatinya, dia memang sangat ingin melakukannya. Sangat ingin.
"Kim thanks ya", ucap Lativa
setelah turun dari motor Kim
"Samasama. Oh iya Va.."
Lativa menghentikan langkahnya dan
membalikkan badannya menatap Kim
"Kenapa? Ada yang salah ya?"
"Enggak kok. Lain kali kalo jalan pake
celana panjang aja ya"
"Loh emang kenapa? Gue kan lebih suka
pake hotpants atau ga gitu 3/4"
"Pokoknya ga boleh. Oke? Titik ga pake
koma", Kim menutup kaca helm nya dan melaju meninggalkan Lativa yang masih
terpaku di depan rumahnya
'Itu anak kesambet apaan sih? Tapi kok
sampe segitunya ya sama gue? Perhatian banget..', batin Lativa
Angin malam, bisakah kau bisikkan salam
sayang ku padanya? Aku merindukannya..
Lativa memainkan gitarnya di balkon
kamarnya. Sesekali dia menatap langit malam yang penuh dengan bintang. Dia
teringat Kim, dia sangat merindukannya. Dia masih ingat kata-kata Kim sebelum
dia pulang ke Surabaya
"Walaupun jarak yang memisahkan kita.
Kamu harus inget, kita menatap langit dan bintang yang sama. Dengan begitu kamu
inget aku terus dan akan selalu merasa aku di deket kamu saat itu juga."
"Aku kangen kamu Kim.. kamu kapan sih
kesini main sama aku lagi..", Dipandangnya boneka pemberian Kim. Lalu dia
memeluknya. Merasakan kehangatan disana yang sama dirasakannya ketika dia
memeluk Kim. Suara getaran ponselnya membuyarkan lamunannya. Dia melihat sebuah
pesan baru disana, tapi dari nomor tak dikenal
Oh
jadi ini ya Lativa pacarnya Kim. Mati aja deh lo tuh ga pantes buat Kim!
Seketika hatinya bergetar, jadi fans-fans
Kim rupanya telah berperilaku seperti ini padanya.Tapi dia tak berani bilang
pada Kim. Padahal dia telah membuat janji padanya. Tapi dia takut, takut emosi
Kim tak tertahan jika melihatnya ditekan seperti ini.
‘Mungkin cuma dalam waktu singkat aja. Toh
Bieber sama Selena juga gini dulu tapi mereka fine fine aja’, batinnya
menenangkan dirinya sendiri.
Di waktu yang sama di tempat yang berbeda,
Kim menatap langit malam dengan gitar di pangkuannya. Dia begitu merindukan
sosok itu. Dia membuka ponselnya lalu menekan beberapa digit nomor yang
dihafalnya diluar kepala. Setelah tersambung, dia tersenyum lega, akhirnya dia
dapat mendengar suara orang yang amat sangat dicintainya itu.
“Hai Kim. Kangen ya?”
“Kok tau sih?”
“Iya soalnya aku kangen juga..”
Kim tersenyum. Dia membayangkan senyum
manis Lativa disana.
“Hei kamu ga ada apa apa kan Va?”
“Eh..engga ada apa apa kok. Kamu sendiri
gimana? Cewek Surabaya cantik cantik kan?”
“Tetep ga ada yang secantik kamu Va..
Pokoknya aku ga akan nyia nyiain kamu. Aku ga akan lepasin kamu. Aku ga akan
biarin kamu direbut cowok lain. Kamu ngerti kan Va? Aku sayang banget sama
kamu..”
“Iyaa aku tau kok. Aku juga sayang kamu”
‘Aku sayang kamu lebih dari yang kamu
tau…’, batin mereka berdua
“Hei Va masih disana?”
“Iya kok. Kenapa?”
“Kamu ga dihajar fans ku lagi kan? Aku
takut kamu kenapa kenapa…”
“Engga kok Kim.. Tenang aja..”
“Soalnya aku liat di twitter kok pada rebut
ngomongin kamu.. aku khawatir kamu kenapa kenapa.. Stay strong ya sayang..”,
Kim menutup telponnya. Dia mengecek lagi komputernya. Mention nya masih penuh
dengan kicauan fans fans nya tentang hubungannya dengan Lativa. Disaat sulit
seperti ini, dia harus memilih, fans yang setia mendukungnya yang juga sadis
pada kekasihnya atau Lativa, orang yang sangat dicintainya. Dia pun hanya bias
menulis di statusnya..
“Keep
calm guys. Aku ga ada apa-apa kok sama Lativa. Temen aja.”
Dia terpaksa melakukannya. Dia hanya
berharap Lativa mengerti keadannya. Tapi dia telah salah, disana, Lativa sakit
hati melihatnya. Tapi dia berusaha tenang dan membalas status Kim tersebut.
“Aku
ga akan pernah merebut pangeran kalian. He’s yours guys. We’re just friends.”
Tapi tak dapat dipungkiri, sakit di hatinya
terlalu dalam untuk menuliskan itu. Dan tak mengakui hal yang sebenarnya.
Andaikan
aku bisa berbicara pada hatimu, akan ku katakana jangan paksa dia untuk
menyayangiku lagi.. Relakan aku..
“Kim.. aku capek.. plis Kim.. udah..”
“Va aku udah pernah bilang sama kamu. Aku
ga akan lepasin kamu!”
“Tapi fans fans kamu semakin kayak gitu
sama aku Kim.. plis ngertiin aku juga..”, Lativa mulai menangis
“Va aku bukan anak kecil 12 tahun lagi! Aku
udah SMA! Aku udah bisa nentuin mana yang bener Va..”
“Kamu salah Kim.. kamu salah…”
“Pokoknya aku ga akan lepasin kamu. Titik!”
Kim memandang hujan yang mulai turun
diluar. Ditatapnya gadis dihadapannya tersebut, sungguh dia tak akan
melepaskannya. Dia tahu, Lativa terbaik untuknya.
“Va hujan.. kita pulang malem dikit gapapa
kan?”, Kim melirik jam di tangannya yang sudah hamper menunjukkan pukul 11
malam. Lativa hanya diam dalam isakannya.
“Aku anggep itu sebagai iya. Aku telepon
mama kamu dulu Va.. biar ga khawatirin kamu..”
Kim
menjauh dari meja mereka. Lativa hanya memandangi Kim yang mulai menjauh
‘Kim, aku sayang kamu. Tapi apa ini bisa
tahan lama??’, batinnya
“Malam tante..”
“Ini Kim ya? Lativa gapapa kan?”
“Oh iya gapapa kok. Gini tante, kita lagi
kejebak hujan jadi nanti pulangnya malem gitu tante. Gapapa kan?”
“Oh iya gapapa kok. Lagian ini kan tahun
baru. Biarin dia sama kamu aja. Soalnya ini tante sama om juga lagi gak
dirumah. Jadi Lativa sama kamu aja gapapa sampe pagi. Asal ya jaga dia aja ya
Kim. Tante percaya sama kamu..”
“Iya tante pasti. Makasih tante”
Kim berjalan menuju meja mereka lagi.
Dilihatnya Lativa sudah menghentikan tangisannya. Dia sekarang menatap keluar
jendela. Menatap hujan seakan dia akan melihat itu terakhir kalinya.
“Va mama kamu bilang…”
“Kim..aku tau..”
Kim terdiam. Dia hanya memandangi sosok
gadis dihadapannya itu dengan wajah sedih. Perlahan ditariknya gadis itu di pelukannya.
“Va.. mereka lagi diluar kota berdua, kamu
jangan berfikiran yang engga engga dong..”
“Aku liat sendiri Kim..”
“Udahlah Va kamu itu terlalu banyak mikir.
Ntar kamu stress sendiri. Aku gamau kayak gitu.. Kita pulang besok aja ya..”
“Terserah kamu deh Kim”
Suara lonceng mengagetkan mereka berdua.
Kim dan Lativa langsung menatap seseorang yang baru saja masuk kedalam café
tersebut. Seorang gadis, sepertinya seorang model, dilihat dari postur tubuhnya
yang tinggi dan sangat cantik serta modis dengan gaun selutut yang manis.
“Katanya setia sama aku? Tapi liat yang
cantik dikit aja bengong”, Lativa menyadarkan Kim dari lamunannya
“Cemburu ya?”
“Iya”, jawabnya singkat
“Hai Kim ya? Aku Tania”, gadis itu
mengulurkan tangannya seperti mengajak berkenalan
“Hai Tania”
“Pacar kamu ya?”
“Eh bukan kok. Temen aja”
Lativa menatap Kim dengan wajah sedih.
Bukankah Kim sudah berjanji akan mengatakan itu pada public? Mengapa Kim
mengingkari janjinya? Bukankah Kim bersungguh sungguh tidak akan melepasnya
begitu saja?
“Eh iya aku Lativa”
“Udah tau kok. Adek perempuan ku suka
banget sama kamu”, jawabnya sambil tersenyum manis
“Wah thanks ya”, Lativa berpura pura
tersenyum di hadapannya
Tak terasa sudah 2 jam Lativa hanya diam
mendengarkan percakapan panjang Kim dan Tania. Dia merasa tersisihkan. Dari
sisi wajah, memang Tania jauh lebih cantik. Tapi dia tak pernah tahu isi hati
Kim seperti apa. Dia hanya berharap Kim akan selalu menjaga janji-janjinya.
“Kim aku mau pulang…”
Kim tak mendengarnya. Lativa terus
mengucapkan kata kata itu beberapa kali tapi tetap saja Kim tak mendengarnya.
Akhirnya dengan kesal, Lativa pulang. Tanpa sepengetahuan dan kesadaran Kim.
Aku
hanya bisa berharap dan mendoakanmu yang terbaik. Semoga kau bahagia dengannya.
Aku pun kelak bahagia melihat senyum mu.
“Jangan
paksa hatimu
Jadi
yang kau mau..
Aku
tahu hatimu..
Sudah
bukan untukku..”
“Lativa belum tidur sayang?”
Lativa menghentikan syair lagunya yang
terpotong oleh kedatangan mama nya
“Eh mama belum ngantuk kok”
“Sayang ada masalah apa? Kamu putus ya sama
Kim?”
“Udah lama kali ma…”
“Pantesan mama liat di TV dia….”
“Sama Tania ma…”
Mama Lativa melihat kesedihan yang
terpancar di wajah putrinya itu. Dia tahu, Lativa sangat menyayangi Kim.
Tergambar jelas bagaimana dulu saat pertama Lativa berkenalan dengan Kim,
Lativa lansung menceritakannya pada mama nya dengan sangat ceria. Tapi pada
akhirnya, Lativa sakit karenanya.
“Besok mama kenalin sama anak temen mama
yang di Tangerang itu katanya mau pindah kesini. Kerumah kosong di depan kita
itu. Anaknya baik kok, yang pasti dia akan jagain kamu dan ga bikin kamu sakit
hati sayang”
“Makasih ya ma..tapi jujur Lativa belum
bisa lupain Kim..”
‘Mungkin ini udah waktunya gue lupain lo
Kim..udah saatnya gue buka hati buat orang lain.. Gue cuma bisa berharap lo
bahagia ya sama Tania..’, batin Lativa
Mengapa?
Mengapa? Mengapa saat aku jauh darinya, dunia seakan tak setuju aku membuka
hati untuk orang lain? Mengapa dunia menyuruhku kembali padanya? Mengapa?
Lativa,
lo adalah cewek paling bego deh. Lo liat kan sekarang Kim malah sama cewek
ganjen itu. Lo balikan aja sana sama Kim! Gue setuju lo sama Kim daripada sama
Tania yang gajelas asal usulnya itu.
Satu lagi pesan yang didapatnya yang
menyuruhnya kembali pada Kim saat dia mulai membuka hatinya untuk Romeo.
‘I’m
okay guys. I’m happy now, with him’,tulisnya di status twitternya yang
membuat fans fans nya marah karena mengira dia sudah tidak mencintai Kim.
Mereka salah, sangat salah. Justru saat dia mulai melupakan Kim, rasa itu malah
semakin dalam. Seakan memaksanya untuk terus mencintainya. Walaupun ada Romeo
disisinya, tapi rasa itu sepenuhnya masih menjadi milik Kim.
“Va kamu gapapa? Kamu keliatan sedih
banget”, ucap Romeo yang menyadari kediaman Lativa sejak setengah jam yang lalu
“Gapapa kok. Aku seneng sama kamu”, Lativa
mencoba tersenyum. Tapi tetap terlihat dipaksakan.
Diaduknya minuman dihadapannya itu sekali
lagi. Perasaannya seakan juga ikut bercampur aduk. Digigitnya bibirnya kuat
kuat sambil menahan air mata yang ingin segera keluar dari matanya. Dia
menundukkan kepalanya, tak sanggup melihat mata Romeo yang penuh tanda Tanya
terhadapnya. Akhirnya dia memberanikan diri menatap Romeo yang tersenyum
kepadanya, tapi sedetik kemudian, air mata turun dari pelupuk matanya.
“Va kok nangis sih?”, Romeo kebingungan
melihat gadis dihadapannya itu. Rasa bersalah mulai menyelimuti diri Lativa.Dia
masih belum dapat melupakan Kim dari hati dan benaknya, malah rasa itu semakin
dalam dirasakannya. Dia ingin mengatakannya, tapi bibirnya seakan terkunci
rapat dan tak bisa mengatakan apapun. Dan itu semua menyesakkan hatinya.
“Romeo maafin aku..aku..”
“Hei kamu ngomong apa sih..Kamu ga salah
Va…”
‘Kalo aja kamu tau…apa kamu bisa maafin
aku…’, batin Lativa yang masih menangis
“Tapi aku…”
Romeo mengangkat wajah Lativa untuk menatap
matanya
“Va liat mata aku. Aku ngerti Va.. aku
ngerti kamu belum bisa sayang sama aku. Kamu sayang banget sama Kim. Aku tau
Va…”
Lativa tidak tahu harus berbuat apa. Dia
ingin mengucapkan banyak terimakasih, tapi dia juga banyak merasa bersalah.Entahlah,
dirinya hanya ingin bersama Romeo sekarang. Dia sangat ingin belajar mencintai
Romeo layaknya Romeo yang sangat mencintainya.
Terbangkan aku bersamamu. Agar aku dapat
merasakan cintamu, agar aku dapat belajar menyayangimu. Agar aku dapat membuang
semua gundahku, serta hitam masa laluku..
“Va.. hei…kok ngelamun sih? Bentar lagi
kamu nyanyi lagi lo. Cepet ganti baju sana..” Romeo menyadarkan Lativa yang
sudah melamun selama sejam lebih itu. Semua kisah lalu nya seperti berputar
kembali di benaknya. Memaksanya untuk terus diingat.
“Va.. kamu harus siap dengan segala
resikonya.. meski kamu ga sama Kim lagi. Aku yakin kamu bisa dapet chemistry dari lagu kamu ntar”
Lativa masih terdiam. Dia ingin mengatakan
tak sanggup melakukannya. Akhirnya, dengan langkah berat, dia menuju kamar
gantinya, mengganti baju yang dikenakannya dengan balutan dress selutut dan
menaruh gitarnya. 10 menit kemudian, dia keluar dengan wajah yang tak biasa.
Dia merasakan jantungnya berdebar tak karuan. Mungkin setelah adegan putusnya
dia dengan Kim, dia belum pernah menyanyi dengan Kim lagi. Sampai hari ini,
ulang tahun label nya, dia harus berduet dengan Kim.
“Va udah siap? Yuk..”, Kim mengulurkan
tangannya pada Lativa yang masih duduk di sebelah Romeo. Lativa menatap Romeo
sebentar, lalu dengan senyum manisnya, Romeo memberi isyarat Lativa untuk
segera naik panggung. Lativa menyambut uluran tangan Kim dengan senyum
terpaksa.
“Nyanyi aja. Gausah inget inget masa lalu
kita. Aku tau kamu professional, Lativa..”, Kim duduk di kursi dengan gitar di
pangkuannya, sementara Lativa berdiri di depan standing mic nya.
Lativa menghembuskan nafasnya dalam-dalam.
Lalu dengan sekuat tenaga, dia mulai tersenyum dan menyapa semua penonton yang
telah menatap mereka.
“Selamat malam semuanyaa… Lagu terakhir
dari kami sebagai penutup konser hari ini. Tentang
Kita!”
Petikan gitar Kim mulai terdengar. Lativa
menghembuskan nafasnya sekali lagi. Lalu perlahan dia membuka syair lagunya.
Dengan sepenuh hati, dia menyanyikan lagu itu. Meski dia tahu, itu lagu
ciptaannya dengan Kim dulu. Dia selalu ingat bahwa sekarang dia bersama Romeo,
bukan Kim. Dia tahu, aka nada masa depan yang indah bersama Romeo. Dan dia akan
menjadikan masa lalunya sebagai pelajaran yang indah untuk masa depannya.. Di
tengah-tengah lagunya, dirangkulnya Kim yang duduk memetik gitarnya. Sekarang
hatinya sudah lega sepenuhnya, dia mengakui dia bahagia sekarang. Ditatapnya
Kim lekat-lekat, Kim membalas tatapannya. Lalu dengan bersamaan mereka
mengakhiri lagu mereka yang langsung mendapat sambutan yang meriah dari ribuan
penonton. Kim memegang tangan Lativa erat lalu menuntunnya turun ke backstage.
“Va.. kamu keren. Aku tau kamu bisa.. See
ya!” Kim menggandeng Tania yang sedari tadi menunggunya. Lalu mereka berlalu,
meninggalkan Romeo dan Lativa yang masih berdiri di belakangnya dengan
tersenyum.
“Yuk Va pulang. Kamu pasti capek banget”,
Romeo merangkul kekasihnya itu. Dilihatnya Lativa sudah bahagia. Mungkin dengan
peristiwa singkat tersebut, Lativa bisa merelakan Kim sepenuhnya. Dan Romeo
memang tidak salah. Lativa sudah merelakan sepenuhnya, sepenuh hatinya.
“Aku sayang kamu Romeo…”, bisik Lativa di
sela sela langkah mereka